Sebelum adanya pandemi COVID-19, setiap hari Selasa, mulai pukul 11.00 WIB hingga selesai, peserta didik SLB B Sukapura kelas tinggi, sebutan untuk murid kelas SMPLB dan SMALB di SLB B Sukapura, memiliki rutinitas belajar koding melalui bimbingan Kak Timothy.
(Pelatihan Koding di SLB B Sukapura – Dok. Susanti Hara)
Koding
menurut padanan dalam bahasa Indonesia merupakan pemrograman pada komputer yang
pada era seperti sekarang ini sangatlah dibutuhkan. Sayangnya mungkin belum
terlalu banyak yang mengetahuinya.
Totalitas seorang
Timothy sungguh luar biasa. Anak-anak mendapat fasilitas laptop pinjaman sebagai
alat belajar. Ya, peserta didik SLB B Sukapura 75% berekonomi menengah ke
bawah. Jangankan memiliki perangkat laptop, untuk seragam dan peralatan sekolah
saja mereka terkadang masih difasilitasi uang bantuan pemerintah maupun bantuan
lainnya.
Untuk memudahkan
pembelajaran koding, Timothy mengajak
beberapa volunter, yaitu teman-teman
sekampusnya untuk ikut mengajarkan ilmu yang mereka miliki kepada peserta didik
di SLB B Sukapura, di antaranya ada Kak Stella, Kak Tia, Kak Mutia, Kak Aurora,
Kak Adina.
(Kegiatan Koding di SLB-B Sukapura – Dok. Susanti Hara)
Tak tanggung-tanggung
lho, mereka pun menyiapkan LKS atau Lembar Kerja Siswa. Isi LKSnya cukup
lengkap bagi yang baru mengenal koding sekalipun. Lembaran kerja berwarna itu
terdiri dari pengenalan, pemahaman kondisi, pengulangan,
penggunaan fungsi fitur, tata cara memindahkan benda dan lainnya.
(Salah satu
isi LKS – Dok. Susanti Hara
Timothy sebagai salah
satu perintis Code for Social, atau
komunitas yang sosial yang berfokus pada pendidikan vokasional, terutama di
bidang informatika (koding
dan pemrograman) untuk difabel yang berdiri tahun 2018, menyatakan harapannya
untuk mampu meningkatkan keterampilan difabel, baik hard skill maupun soft
skill sehingga dapat hidup mandiri.
Penulis sebagai salah
satu guru di SLB B Sukapura yang sering berinteraksi dan mencermati kegiatan koding di sekolah, sungguh merasa
takjub. Dampaknya bagi peserta didik SLB B Sukapura terlihat jelas. Ketika
pelajaran koding tiba, mereka bersabar untuk bergiliran belajar koding, belajar di mana pun agar
tetap dapat mengikuti pembelajaran, berani berkompetisi dengan mengikuti lomba
meski sayang karena adanya pandemi semua harus terhenti.
(Belajar koding di selasar sekolah – Dok. Susanti Hara)
Uniknya, disaat pandemi,
tepatnya 15 Oktober 2020, Timothy menghubungi penulis untuk mengajak beberapa
peserta didik SLB B Sukapura membuat film dokumeter. Tentu saja, penulis
langsung menyampaikan kepada pihak sekolah dan mendapat sambutan baik dari
berbagai pihak.
(Aktivitas Timothy saat pengambilan gambar – Dok. Susanti Hara)
Pembuatan film
dokumenter tersebut berisikan kesan-kesan anak-anak selama belajar koding, siapa volunter yang paling
mereka suka, hambatan apa yang mereka rasakan, dan juga mengenai cita-cita.
(Cuplikan suasana pengambilan gambar bergerak – Dok. Susanti Hara)
Salah seorang di antara
mereka ada yang memiliki cita-cita menjadi fotografer. Tanpa pernah diduga,
Timothy menyampaikan keinginannya untuk mengajak anak tersebut ikut magang
bersamanya.
Selama dua kali
mengikuti kegiatan magang, tampaknya anak tersebut senang sekali. Baginya, dia
bisa mengenal berbagai kamera, bagaimana cara menggunakannya, cara pengambilan
gambar, dan juga berbagai macam alat untuk pengambilan gambar yang baru
diketahui nama dan fungsinya. Selain itu, dia juga mempunyai pengalaman menarik
ketika pengambilan video dokumenter daerah yang penduduknya tidak diakui,
penduduknya tidak memiliki KTP atau Kartu Kependudukan. Sejujurnya, sebagai
seorang guru, saya juga baru tahu adanya kampung tersebut.
Dalam kesehariannya,
Timothy yang merupakan mahasiswa Universitas
Katolik
Parahyangan
ini memiliki motto, “Together We Can Make a Change”, bersama kita bisa membuat
perubahan. Mungkin akan sulit melakukannya sendiri, tetapi jika melakukannya
bersama-sama dan memulainya dari hal-hal kecil, perubahan pasti akan terjadi.
Hal itu pulalah yang
penulis alami dan rasakan. Seorang pahlawan hebat sekalipun tidak akan menang
dalam pertempuran jika dia sendirian. Pahlawan akan menang karena ada tim yang
kuat dan hebat bersamanya.
Begitupun dalam dunia
pendidikan. Jika pendidikan ingin benar-benar maju dalam hal apapun, tentu harus
adanya kebersamaan dan persatuan dengan berbagai pihak.
Kehadiran setiap orang,
pasti membawa cerita berbeda. Namun, bagi murid-murid SLB B Sukapura, kehadiran
Timothy mengukirkan kesan bahwa keterbatasan bukanlah halang rintang untuk
mampu menggapai impian. Anak-anak yang mungkin pada awalnya tidak pernah
terpikirkan bisa memegang laptop, malah belajar ilmu berkelas seperti koding.
Bahkan, untuk anak-anak yang begitu dekat mengenal Timothy, kepeduliannya, kebersamaannya yang selalu memberikan ilmu bermanfaat menjadi salah satu citra positif bagi diri anak kedepannya. Apapun kondisinya, bagaimanapun keadaannya, meski di masa pandemi sekali pun, siapapun harus memiliki daya juang yang kuat, tetap bersemangat menggapai cita-cita.
________________________________________________________________
“H2C
– Hello Hero Challenge”
Bersatu Memandirikan Anak Luar Biasa
Nama Lengkap : Susanti, S. Pd
Guru Mata Pelajaran : Guru Kelas SLB (SMPLB dan SMALB)
Asal Sekolah : SLB B Sukapura Bandung