Jumat, 20 November 2020

Bersatu Memandirikan Anak Luar Biasa

 Sebelum adanya pandemi COVID-19, setiap hari Selasa, mulai pukul 11.00 WIB hingga selesai, peserta didik SLB B Sukapura kelas tinggi, sebutan untuk murid kelas SMPLB dan SMALB di SLB B Sukapura, memiliki rutinitas belajar koding melalui bimbingan Kak Timothy.

(Pelatihan Koding di SLB B Sukapura – Dok. Susanti Hara) 

Koding menurut padanan dalam bahasa Indonesia merupakan pemrograman pada komputer yang pada era seperti sekarang ini sangatlah dibutuhkan. Sayangnya mungkin belum terlalu banyak yang mengetahuinya.

Totalitas seorang Timothy sungguh luar biasa. Anak-anak mendapat fasilitas laptop pinjaman sebagai alat belajar. Ya, peserta didik SLB B Sukapura 75% berekonomi menengah ke bawah. Jangankan memiliki perangkat laptop, untuk seragam dan peralatan sekolah saja mereka terkadang masih difasilitasi uang bantuan pemerintah maupun bantuan lainnya.

Untuk memudahkan pembelajaran koding, Timothy mengajak beberapa volunter, yaitu teman-teman sekampusnya untuk ikut mengajarkan ilmu yang mereka miliki kepada peserta didik di SLB B Sukapura, di antaranya ada Kak Stella, Kak Tia, Kak Mutia, Kak Aurora, Kak Adina.

(Kegiatan Koding di SLB-B Sukapura – Dok. Susanti Hara) 

Tak tanggung-tanggung lho, mereka pun menyiapkan LKS atau Lembar Kerja Siswa. Isi LKSnya cukup lengkap bagi yang baru mengenal koding sekalipun. Lembaran kerja berwarna itu terdiri dari pengenalan, pemahaman kondisi, pengulangan, penggunaan fungsi fitur, tata cara memindahkan benda dan lainnya.



(Salah satu isi LKS – Dok. Susanti Hara

Timothy sebagai salah satu perintis Code for Social, atau komunitas yang sosial yang berfokus pada pendidikan vokasional, terutama di bidang informatika (koding dan pemrograman) untuk difabel yang berdiri tahun 2018, menyatakan harapannya untuk mampu meningkatkan keterampilan difabel, baik hard skill maupun soft skill sehingga dapat hidup mandiri.

Penulis sebagai salah satu guru di SLB B Sukapura yang sering berinteraksi dan mencermati kegiatan koding di sekolah, sungguh merasa takjub. Dampaknya bagi peserta didik SLB B Sukapura terlihat jelas. Ketika pelajaran koding tiba, mereka bersabar untuk bergiliran belajar koding, belajar di mana pun agar tetap dapat mengikuti pembelajaran, berani berkompetisi dengan mengikuti lomba meski sayang karena adanya pandemi semua harus terhenti.

(Belajar koding di selasar sekolah – Dok. Susanti Hara)

(Belajar koding di selasar sekolah – Dok. Susanti Hara) 

Uniknya, disaat pandemi, tepatnya 15 Oktober 2020, Timothy menghubungi penulis untuk mengajak beberapa peserta didik SLB B Sukapura membuat film dokumeter. Tentu saja, penulis langsung menyampaikan kepada pihak sekolah dan mendapat sambutan baik dari berbagai pihak.

(Aktivitas Timothy saat pengambilan gambar – Dok. Susanti Hara)

Pembuatan film dokumenter tersebut berisikan kesan-kesan anak-anak selama belajar koding, siapa volunter yang paling mereka suka, hambatan apa yang mereka rasakan, dan juga mengenai cita-cita.

(Cuplikan suasana pengambilan gambar bergerak – Dok. Susanti Hara) 

Salah seorang di antara mereka ada yang memiliki cita-cita menjadi fotografer. Tanpa pernah diduga, Timothy menyampaikan keinginannya untuk mengajak anak tersebut ikut magang bersamanya.

Selama dua kali mengikuti kegiatan magang, tampaknya anak tersebut senang sekali. Baginya, dia bisa mengenal berbagai kamera, bagaimana cara menggunakannya, cara pengambilan gambar, dan juga berbagai macam alat untuk pengambilan gambar yang baru diketahui nama dan fungsinya. Selain itu, dia juga mempunyai pengalaman menarik ketika pengambilan video dokumenter daerah yang penduduknya tidak diakui, penduduknya tidak memiliki KTP atau Kartu Kependudukan. Sejujurnya, sebagai seorang guru, saya juga baru tahu adanya kampung tersebut.

Dalam kesehariannya, Timothy yang merupakan mahasiswa Universitas  Katolik Parahyangan ini memiliki motto, “Together We Can Make a Change”, bersama kita bisa membuat perubahan. Mungkin akan sulit melakukannya sendiri, tetapi jika melakukannya bersama-sama dan memulainya dari hal-hal kecil, perubahan pasti akan terjadi.

Hal itu pulalah yang penulis alami dan rasakan. Seorang pahlawan hebat sekalipun tidak akan menang dalam pertempuran jika dia sendirian. Pahlawan akan menang karena ada tim yang kuat dan hebat bersamanya.

Begitupun dalam dunia pendidikan. Jika pendidikan ingin benar-benar maju dalam hal apapun, tentu harus adanya kebersamaan dan persatuan dengan berbagai pihak.

Kehadiran setiap orang, pasti membawa cerita berbeda. Namun, bagi murid-murid SLB B Sukapura, kehadiran Timothy mengukirkan kesan bahwa keterbatasan bukanlah halang rintang untuk mampu menggapai impian. Anak-anak yang mungkin pada awalnya tidak pernah terpikirkan bisa memegang laptop, malah belajar ilmu berkelas seperti koding.

Bahkan, untuk anak-anak yang begitu dekat mengenal Timothy, kepeduliannya, kebersamaannya yang selalu memberikan ilmu bermanfaat menjadi salah satu citra positif bagi diri anak kedepannya. Apapun kondisinya, bagaimanapun keadaannya, meski di masa pandemi sekali pun, siapapun harus memiliki daya juang yang kuat, tetap bersemangat menggapai cita-cita.

________________________________________________________________

H2C – Hello Hero Challenge”

Bersatu Memandirikan Anak Luar Biasa

Nama Lengkap            : Susanti, S. Pd

Guru Mata Pelajaran   : Guru Kelas SLB (SMPLB dan SMALB)

Asal Sekolah               : SLB B Sukapura Bandung

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Silakan tinggalkan jejak.
Akan saya respon secepatnya.
Terima kasih sudah berkunjung.

Bersatu Memandirikan Anak Luar Biasa

  Sebelum adanya pandemi COVID-19, setiap hari Selasa, mulai pukul 11.00 WIB hingga selesai, peserta didik SLB B Sukapura kelas tinggi, sebu...