Terbangun pukul dua
dini hari merupakan masalah besar baginya. Maklum, ini, kan, hari Minggu.
Jadwalnya untuk santai dan melepaskan diri dari kepenatan pekerjaan harian.
Setidaknya, hari ini ia benar-benar ingin lepas dari yang namanya beban pikiran
apalagi masalah pekerjaan.
Panggillah ia, Bos BB.
Seorang lelaki yang sesibuk apapun pasti menyempatkan diri BBM-an. Siapa saja
sudah bisa menduga, di ponselnya banyak grup pertemanan dunia maya. Orang
sekitarnya, maupun teman-temannya memanggil ia dengan sebutan yang pantas.
Sesuai kebiasaannya ber-BlackBerry
ria.
Langkah perlahan, ia
bangkit dari tempat tidurnya. Ntah mengapa setelah terjaga pukul dua tadi, ia
sekarang sulit memejamkan mata kembali. Hmmm... apa yang akan dilakukannya?
Seumpama kebiasaan
hariannya, ia meraih BlackBerry
berwarna hitam kesayangannya. Ia mulai tenggelam sendiri, sibuk membuka account
pribadinya di beberapa dunia maya. Namun, sepi dari obrolan. Ah, ia juga pasti
tahu. Sekarang jamnya orang Indonesia nikmat memejamkan mata. Terlelap tidur
bersama keindahan alam mimpi. Berbeda dengan Bos BB, menjelang waktu shalat
subuh ini sulit sekali baginya untuk tidur kembali.
Terdengar adzan awal.
Bos BB tahu benar adzan awal itu panggilan khusus untuk mengingatkan salat Tahajud.
Ia mengacuhkannya meskipun tahu dan mendengar jelas suara adzan awal. Tak
hendaklah ia melakukan shalat tersebut. Selama ini ia belum pernah
melakukannya. Toh, tanpa shalat itu pun ia sudah hidup berlimpah kekayaan.
Allah memang penyayang, bukan?
Melintas keinginan
menikmati suasana di luar rumah. Meski ia tahu, pasti ia akan menikmati
kesenyapan bersama dinginnya udara. Dipaksa kedua kakinya melangkah keluar
rumah.
Benarlah dugaannya.
Udara dingin langsung menyambutnya. Bulu-bulu halus di kulitnya seakan
menghalau udara dingin. Berusaha menghangatkan pemilik kulit yang memakai kaos
lengan pendek.
Beberapa kali Bos BB
mengucek kedua matanya. Bukan untuk mengusir kantuk. Tapi, ia sedang melihat
sesosok bayangan di dekat pagar rumahnya. Diliriknya jam di ponsel BBnya, masih
pukul tiga subuh. Ah, jangan-jangan rumahnya mau disatroni maling, pikir Bos
BB.
Bos BB bertindak
hati-hati. Ia pun berjalan mengendap-endap. Sebenarnya ia heran, mengapa ia
jadi begini? Ada apa dengan dirinya? Tak biasanya ia bersikap halus seperti
ini. Di kantor saja ia bisa berteriak kalau sedang memerintah bawahannya.
Sekarang, bisa saja, kan, ia langsung berteriak maling sekeras-kerasnya. Sudah
dipastikan warga kompleks perumahan tempat tinggalnya akan terbangun. Dan para satpam
yang berjaga di kompleks ini pasti langsung berdatangan.
Dari celah-celah pagar
rumahnya, Bos BB memerhatikan gerak-gerik bayangan yang kian jelas. Tampaklah
sesosok tubuh lelaki. Tangan kirinya memegang erat karung besar. Sedangkan
tangan kanannya sibuk mengaduk-aduk tong sampah. Bau sampah menyeruak.
Menyusupi hidung Bos BB. Perlahan, bau sampah sampai pada saraf kepalanya. Dan,
akhirnya Bos BB merasa pusing. Ia bergerak agak menjauh.
Berusaha bergerak tanpa
suara, ia mengambil kunci pagar. Ini kali pertama Bos BB melihat pemulung
berkeliaran di tempat tinggalnya. Sekali ini saja ia ingin mengikuti perjalanan
Pemulung Dini Hari, panggilan Bos BB bagi pemulung yang baru dilihatnya. Biasanya,
kan, pemulung bergerak memunguti barang-barang yang dianggap sampah pada siang
hari.
Satu jam mengikuti dari
kejauhan, berbagai macam pikiran aneh mengedari kepala Bos BB. Hal paling
penasaran bagi Bos BB, di mana rumah Pemulung Dini Hari dan seperti apa
rumahnya?
Bos BB terus mengikuti Pemulung
Dini Hari ketika keluar dari kompleks perumahan. Tahulah Bos BB, ada celah
kecil di benteng kompleksnya. Tampaknya, lewat celah itulah Pemulung Dini Hari lewat.
Kedua mata Bos BB
terbelalak. Ia tak menyangka, Pemulung Dini Hari tinggal di belakang kompleks
perumahan tempat tinggal Bos BB.
Timpang! Itulah kesan yang
dirasakan Bos BB.
Hampir semua bangunan
di daerah tempat tinggal Pemulung Dini Hari terbuat dari selembar tripleks
tipis. Bangunan berjajar yang disulap
berbentuk rumah dengan bahan seadanya. Terbayang di kepala Bos BB, betapa
rapuhnya tempat tinggal Pemulung Dini Hari. Berbeda jauh dengan tempat tinggal
Bos BB yang terbuat dari bahan serba kuat dan tertutup.
Di bawah pohon rindang,
Bos BB terduduk. Menghela napas panjang. Menyimpan udara segar ke dalam tubuh
sebanyak dan sekuatnya. Mulai jernihlah pikirannya yang sejak terbangun sudah
keruh oleh enggan memiliki masalah.
Selama ini ia tahu
banyak karyawan shift yang bekerja malam hari. Namun, kini ia baru tahu kalau
ada pemulung yang bekerja dini hari. Memulung saat orang sedang terlelap.
Cukup lama Bos BB
merenung. Hingga ia tersadar kembali ketika melihat Pemulung Dini Hari berjalan
bersama beberapa orang tetangganya. Mereka berpakaian rapi. Berpeci. Bersarung.
Berjalan bersama sambil bercengkrama. Betapa akrabnya. Tak tampak bekas-bekas
bekerja memulung pada diri Pemulung Dini Hari. Makin membuat Bos BB terpana.
Cepat sekali Pemulung Dini Hari merubah penampilannya.
Adzan subuh berkumandang. Bergema mengusik
hati Bos BB. Baru sekali saja terbangun pukul dua dini hari ia sudah merasa
linglung. Bagaimana jika setiap hari ia begini?
Ke mana saja ia selama
ini? Mengapa ia tak pernah tahu ada kompleks tempat tinggal pemulung di
belakang kompleks perumahan tempat tinggalnya? Seharunya ia tahu ada sesuatu
yang menarik di sekitarnya, selain BB dan teman-teman dunia mayanya.
Beraneka tanya terus
hadir di benaknya. Benteng perumahan tempat tinggalnya bukanlah tembok
penghalang antara si miskin dan si kaya. Lantas, mengapa ia baru tahu tentang
Pemulung Dini Hari beserta tempat tinggalnya?
Dunia jauh terjangkau
Bos BB, dunia terdekat malah baru ia tahu keadaannya. Selama ini ia bisa
menjangkau dunia luar bahkan dunia luar negeri, tentu dengan BB-nya, alias
berkomunikasi di dunia maya. Namun belum pernah ia akrab dengan lingkungan
belakang benteng perumahnnya.
Eh, apa mungkin karena
aku terlalu asyik dengan BB hingga aku tak melihat lingkungan sekitarku?
Padahal jaraknya hanya terhalang tembok batu, batin Bos BB. Hari Minggu ini
menjadi hari paling bersejarah baginya. Awal berkembangnya tekad bersama
rencana-rencana baru.
Follow twitter: @HaraJV
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Silakan tinggalkan jejak.
Akan saya respon secepatnya.
Terima kasih sudah berkunjung.