Ini mungkin
pertama kalinya saya merekam makhluk melata. Iseng banget mungkin orang akan
berpikir. Namun, ntah mengapa terselip rasa suka. Saya suka menikmati momen
ketika harus bersabar. Hingga saya bertanya-tanya dalam hati. Seberapa sabar
para ilmuwan melakukan penelitian? Mereka pasti melakukannya lebih lama dari
yang saya lakukan ketika mengamati bunglon ini.
Begitu melihat makhluk melata unik ini saya langsung
tertarik untuk merekamnya. Setahu saya, bunglon ini pandai berkamuflase. Nah,
saya ingin melihat perubahan bagaimana cara makhluk ini berubah rupa, sikap,
warna, atau apapun untuk mengelabui makhluk lain.
Sayangnya, ketika
saya lewat makhluk melata yang ada di
salah satu kaca Wisma Waskita ini tampak panik, bergerak terus dengan cepat
hendak ke atas. Perubahan sikap doang yang saya lihat. Sementara perubahan
warna sama sekali tidak saya temui. Atau mungkin saya harus lebih jeli
mengamatinya? :)
Begitu direkam, eh ini makhluk malah diam. Makin dekat makin
terlihat mulut yang menganga. Apa tandanya? harus sering saya lihat rekamannya,
tampaknya. Karena sama sekali makhluk ini tak menunjukkan tanda-tanda akan
berubah maka saya terus merekam. Walhasil makhluk berekor panjang ini kembali
bergerak-gerak ribut ketika saya hendak mengakhiri merekamnya. Kayak yang
ngerti saja nih bunglon sudah waktunya saya masuk kelas, kembali menjadi
pembelajar Diklat BKPBI di PPPPTK BMTI.
Menemukan makhluk ini, membuat saya berharap suatu saat
nanti bisa melihat makhluk melata ini berkamuflase. Maklumlah, bunglon jarang
saya temui. Kecuali tikus, banyaknya minta ampun. Kasihan tuh tikus, tempat
tinggalnya sudah diambil manusia, eh manusia malah menyalahkan tikus sebagai
pengganggu. (Heyya mulai ngaco). Kenyataannya sih memang demikian. Sawah,
gunung, lahan kosong sekali pun kayaknya manusia senang banget menjadikannya
bangunan. Ntah untuk apapun nantinya. Dan beberapa yang saya amati kemudian,
setelah dibangun, banyak yang dibiarkan tak terurus.
Kembali pada topik di atas. Kesabaran memang sangat diperlukan
dalam kehidupan. Apalagi zaman super
cepat seperti sekarang, istilahnya mungkin instan, level sabar dalam beberapa
hal harus dinaikkan. Sabar ketika berada di kemacetan jalanan, sabar ketika
kita “berbeda”, sabar ketika tidak mampu membeli gadget modern zaman sekarang
yang super amat banyak jenisnya, dll.
Sebelum ngaconya makin parah, tulisan ini harus diakhiri
dengan harapan secara pribadi semoga kita menjadi makhluk yang sabar dalam
situasi apapun.
Catatan: 20 Maret 2013 @Mekar Sari-Kiaracondong
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Silakan tinggalkan jejak.
Akan saya respon secepatnya.
Terima kasih sudah berkunjung.