Dari segi fasilitas, jauh sekali perbedaannya. Beuh, di SLBN Semarang mah serba lengkap. Gak percaya, buktikan sendiri!
Jauh? Amati saja foto-foto di sini. Pokoknya surga ABK tuh beneran. Top banget deh sekolah di bukit ini. Andai saya berkesempatan lebih lama di tempat ini, mungkin saya akan banyak bertanya, juga berinteraksi dengan penduduk setempat. Sayangnya waktu saya hanya beberapa jam. Dari pukul 09.00 WIB karena kita datang telat. Pukul 14.00 WIB kita sudah keluar gedung. Maklumlah kejar target karena ada tempat wisata yang ingin kita kunjungi. Yaitu... Lawang Sewu (Untuk isi blog berikutnya).
Cek foto-foto di SLBN Semarang ini ya!
Begitu kita kebelet ke toilet, kita langsung nyari-nyari. Dan sebelum masuk toilet, saya sempat foto orang tua siswa yang menunggui anaknya di depan kelas. Asyik ya jadi ibu-ibu yang sudah bebas tugas. Bisa ngerumpi tanpa terbebani pekerjaan rumah. Beuh, tapi awas kebablasan ngomongin orang lain dan ujungnya ada yang sakit hati. :)
Pak Ciptono ketika memberikan sambutan
Rombongan dari Bandung, berjumlah lebih dari 100 orang dengan menggunakan bus pariwisata. Ayooo, perhatikan sambutan tuan rumah. :)Begitu ada waktu keluar untuk pengenalan lingkungan SLBN Semarang, saya langsung berkeliling. Dari tempat ini nih, di bagian belakang menurut saya, terlihat perbukitan, sayangnya sudah banyak bangunan juga yang kulihat hingga pemandangan hijau terganggu. Timbul keresahan pula dalam hati, gimana nggak banyak bencana banjir kalau daya serapnya makin terus berkurang. :)
Di bagian belakang ini pula ada ruang tata busana, serta gedung pertemuan. Saya memang tidak banyak bertanya. Saya lebih banyak mengamati setiap bagian di sekolah ini beserta orang-orangnya daripada banyak bertanya. Ini nih penampakkan gedung yang saya amati juga.
Kunjungan terus berlanjut hingga ke tempat-tempat praktik siswa yang tampak sedang sibuk mengerjakan tugas mereka.
Bengkel motor
Di tempat ini anak-anak belajar membuat sekaligus menghaluskan tusuk sate. Dari sini saya belajar, "Pengalaman Langsung" memang lebih baik dari teori. Sering kali saya temui teori yang lain dari kenyataan di lapangan. Ada seorang anak yang menghaluskan tusuk sate dengan memasukkan ke dalam ban bekas kemudian menggilingnya dengan kaki. Keren ya. Ide sering datang tak terduga. :)
Di dapur ini kita mencicipi kerupuk buatan mereka. Masakan yang sedang diracik ini pun kata mereka untuk menjamu kita.
Bagian inilah yang paling menarik. Menyaksikan secara langsung pembuatan "Batik Cipratan". Batik tersebut sudah menjadi hak paten tersendiri bagi sekolah ini. Keren ya! Katanya pengembangan batik ini berasal ketika seorang siswi autis tantrum memercikkan malam -bahan pembuat batik. Lalu muncullah ide dari seorang guru untuk menjyalurkannya. Beginilah kalau guru kreatif, "apapun adalah ide untuk mengembangkan potensi peserta didik". Pasti, tidak akan menyanggahnya, bukan?
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Silakan tinggalkan jejak.
Akan saya respon secepatnya.
Terima kasih sudah berkunjung.