Kalau ada yang berminat mengirim naskah cerpen anak ke Radar Bojonegoro, silakan kirim email: kenalyan@yahoo.co.id.
Ini cerpen saya yang sudah dimuat. (ada juga yang sudah diedit oleh Bapak editor yang baik. Jangan lupa biodatanya cantumkan ya. Plus alamat untuk pengiriman bukti terbit dan "special gift" dari redaksi). Selamat berkarya.
Kotak
Telur Asin yang Kosong
Oleh
Susanti Hara Jv
Senyum mengembang di
wajah Asan, pemuda Desa Turi yang hari ini mulai bekerja. Asan bekerja di tempat
Pak Jono, pemilik usaha telur asin. Tapi, pekerjaannya bukan membuat telur asin
seperti pegawai lainnya. Asan bertugas mengantarkan telur asin ke tempat
langganan Pak Jono.
“Sudah siap, San?”
tanya Pak Jono, sambil menutup kotak kayu pengiriman telur asin, di belakang sepeda
motor yang akan dikendarakan Asan.
“Siap, Pak.”
“Jangan
lupa, surat tanda terima telur asinnya harus ditanda tangan pelanggan ya?”
“Baik,
Pak. Semua akan saya laksanakan sesuai perintah Bapak.”
Setelah
pamit, Asan mengendarai sepeda motor dengan hati-hati, mencari-cari alamat yang
dituju. Hingga sampai di Restoran Nikmat Bersama, salah satu tempat yang harus
dikirimi telur asin. Asan memarkir sepeda motor di halaman restoran.
Mas Mada, pelayan
restoran yang sedang membersihkan halaman restoran menyambut ramah. Mereka
berkenalan dan membicarakan pesanan restoran.
“Apa
semuanya beres?” tanya Mas Mada. “100 butir telur asin rebus dan 150 puluh
butir telur asin panggang.”
“Beres,
Mas.” kata Asan yakin. “Mau disimpan di mana kotak-kotak telur asinnya?”
“Masih
pukul 08.00. Biasanya pengunjung datang satu jam lagi. Jadi, simpan di atas
meja pengunjung dulu saja.”
Mereka
berdua menyusun 10 kotak telur asin rebus di meja pengunjung. Dan di sebelahnya,
mereka menyusun 15 kotak telur asin panggang.
“Saya
periksa dulu isinya.” Mas Mada membuka kotak telur asin satu per satu.
Asan terperanjat kaget mengamati beberapa
kotak telur asin yang kurang isinya. Seharusnya, setiap kotak berisi 10 butir
telur asin. Namun, ada 4 kotak telur asin rebus yang masing-masing jumlahnya 9
butir. Dan 2 kotak telur asin panggang yang masing-masing berjumlah 8 butir.
“Kenapa
banyak kotak yang jumlahnya kurang?” Kening Mas Mada mengerut. “Wah, bisa
merugikan pelanggan kalau begini.”
“Maafkan
kecerobohan saya, Mas,” mohon Asan. “Tadi, saking senangnya mulai bekerja, saya
malah langsung berangkat. Saya tidak memeriksa isinya sama sekali. Saya pikir
semuanya pasti sudah beres. Ternyata...”
“Oh,
begitu. Lantas, bagaimana dengan kekurangan jumlah telur asin ini?”
Asan
berpikir sebentar sambil menatap kotak-kotak telur asin yang kurang. Hingga
muncul ide untuk memecahkan masalah. “Begini saja, Mas. Saya lengkapi jumlah
kekurangannya, 4 butir telur asin rebus dan 4 butir telur asin panggang.”
Bergegas
Asan mengambil 8 butir telur asin pengganti. Asan menyerahkannya beserta surat
tanda terima pengiriman telur asin. Asan lebih berhati-hati, tidak mau kejadian
kurang menyenangkan terulang lagi.
Mas Mada menandatangani
surat penerimaan telur asin. Urusan di Restoran Nikmat Bersama pun selesai. Asan
pamit, melanjutkan perjalanan mengirimkan telur asin ke tempat lain.
Di setiap tempat yang
dikirimi telur asin, Asan selalu memeriksa kembali isi kotak telur asin. Hingga
sudah sembilan tempat yang dikirimi telur asin. Semuanya masih terkendali. Setiap
ada kotak telur asing yang kurang, Asan menggenapi isinya dari kotak telur asin
lainnya.
Namun, di tempat pengiriman
terakhir, Asan benar-benar kebingungan. Tersisa 6 kotak telur asin kosong,
tanpa isi satu butir telur asin pun.
Dengan
badan lemas Asan kembali ke tempat pembuatan telur asin. Ia menghela napas berat,
kebingungan bagaimana menjelaskan kotak-kotak yang kosong kepada Pak Jono. Asan
sama sekali tidak ingin mengecewakan Pak Jono. Apalagi menuduhnya telah
berbohong. Ia juga tidak mau ada pegawai lain yang kena imbas akibat
kecerobohannya.
Tanpa
diduga, Pak Jono menyambut Asan begitu sampai di tempat pembuatan telur asin.
“Syukurlah kamu sudah pulang. Saya kira terjadi apa-apa di jalan.”
Asan
berusaha tersenyum. “Ya, Pak. Memang sudah terjadi sesuatu. Ada enam kotak
telur asin kosong yang saya bawa pulang.”
Pak
Jono tertawa lepas. “Mana kotak-kotak telur asin lainnya?”
“Sudah
saya antarkan ke tempat langganan. Tapi, ada beberapa kotak yang isinya kurang.
Sehingga langsung saya ganti dengan telur asin dari kotak lainnya.”
“Ya,
saya tahu. Mas Mada dan pelanggan lain menelepon saya. Sebenarnya kami bekerja
sama. Sebelum kamu pergi, saya mengambil beberapa telur asin dalam kotaknya.
Saya ingin mengetahui bagaimana cara kerja kamu.”
“Maafkan
kecerobohan dihari pertama saya bekerja, Pak. Saya berjanji akan bekerja lebih
baik lagi.”
“Saya
justru senang hari ini. Saya memiliki karyawan baru yang bisa menyelesaikan
masalah di tempatnya, saat itu juga, seperti yang sudah kamu lakukan.
Seharusnya saya yang meminta maaf telah menguji kamu.”
Asan
tersipu malu. Dadanya plong. Ia merasa lega sudah menyelesaikan masalah
pekerjaannya. Dalam hati, pemuda itu berjanji lebih teliti lagi supaya tidak
merugikan siapa pun. Termasuk merugikan dirinya sendiri.
tulisannya jadi referensi saya yang lagi belajar nulis cerpen anak. ;-)
BalasHapusSilakan. Semoga tidak mengecewakan. Ada juga tulisan yang pernah dimuat di majalah Bobo, kok, di blog ini. Sukses ya. :)
HapusTerima kasih
selam kenal kak susanti. aku juga sedang belajar menulis cernak. kakak tahu di mana saja kita bisa mengirim cernak? aku mencari di internet alamat-alamatnya tapi bingung mana yang masih memuat cenrak dan mana majalah dan koran yang tidak memuat lagi. kakak punya info tidak?
BalasHapusradar bojonegoro menerima pengiriman karya tulis berupa opini g' sist?
BalasHapus