Tema Lomba Blog #PameranBukuBdg2014 bersama
IKAPI Jabar dan Syamil Quran hari ke-5, langsung mengingatkan saya akan
kebersamaan dengan seorang teman dan sebuah buku “Apa dan Bagaimana Menerbitkan
Buku: Sebuah Pengalaman Bersama Ikapi”, karya Bambang Trim.
Ketika saya membawa buku tersebut, mengobrol
dengannya, ternyata teman saya itu tidak tahu apa itu Ikapi? Entah mengapa saya
ingin sekali menghadiahkan buku tersebut. Uniknya, ketika mengikuti suatu
kegiatan kepenulisan, saya kembali mendapatkan buku “Apa dan Bagaimana
Menerbitkan Buku: Sebuah Pengalaman Bersama Ikapi” sebagai hadiah.
Dalam buku bersampul sederhana ini lengkap
tersaji: selayang pandang dunia penerbitan buku Indonesia yang diawali dengan
kelahiran Ikapi, memahami buku dan jenis-jenis buku, bagaimana mendirikan
penerbitan buku, jejaring industri kreatif penerbitan buku, mengintip bilik
editorial, mengintip bilik pemasaran, memasuki era penerbitan digital, menjadi
anggota Ikapi, masa depan buku dan buku masa depan. Hal paling menarik pada
bagian belakang kover buku berupa tulisan, “IKAPI 1950-2012, Kreativitas Tiada
Henti”. Ya, saya mendapatkan buku ini tahun 2012.
Hari inipun (Jumat, 29 Agustus 2013), saat
sore hari saya bertanya kepada beberapa teman yang bukan penulis, bukan “pembaca buku
aktif” atau cukup dekat dengan buku dalam kesehariannya. Pertanyaan saya sederhana
untuk menuntaskan kepenasaran, apakah mereka tahu tentang IKAPI?
Jawabannya beragam dan membuat saya tersenyum
miris. Ternyata masih banyak yang belum tahu IKAPI, padahal mereka lulusan
Sarjana. Mereka pikir, IKAPI itu semacam Ikatan Per-peran, salah satunya
Ikatana Perdagangan dan lainnya. Padahal, menurut saya pribadi, IKAPI cukup
akrab di telinga karena sering mengadakan even pameran buku, setidaknya itu
yang saya tahu saat ini. Tentunya ketidaktahuan masyarakat lebih luas tentang Ikatan
Penerbit Indonesia (Ikapi) yang merupakan satu-satunya organisasi penerbit buku
Indonesia, menjadi peninjauan ke dalam organisasi itu sendiri, sekaligus tantangan
untuk terus mensosialisasikan keorganisasiannya kepada masyarakat luas.
Peran serta Ikapi sebagai Ikatan Penerbit
Indonesia, menurut saya sebetulnya sudah cukup baik. Dengan menjadi wadah bagi para
penerbit yang memiliki satu kesamaan visi dan misi, yaitu memajukan perbukuan
nasional untuk mendukung proses pencerdasan bangsa. Ikapi sendiri memiliki visi
yang ideal.
Visi Ikapi adalah menjadikan industri penerbitan buku
Indonesia mampu memenuhi kebutuhan pasar dalam negeri dan dapat berkiprah di
pasar Internasional. (Apa dan Bagaimana Menerbitkan Buku: Sebuah
Pengalaman Bersama Ikapi, karya Bambang Trim. Halaman 162)
Menurut saya, visi tersebut sudah terlaksana.
Gencarnya Ikapi bekerja sama dengan para penerbit mengadakan pameran buku di
Indonesia, hingga terlibat dalam aktivitas perbukuan secara internasioal dengan
mengikuti pameran buku terbesar di dunia, Frankfrut Book Fair, serta juga
berbagai pameran regional di Asean, termasuk mulai dirintisnya kerja sama
pameran di Timur Tengah, sudah mewakili visi Ikapi sebagai wadah penerbit buku.
Namun, masih tetap saja ada yang belum
mengenal Ikapi. Hingga menurut saya Ikapi harus terus gencar berperan serta
dalam kehidupan masyarakat secara luas. Peran serta Ikapi dalam mengembangkan
dunia baca tulis, misalnya. Selama ini saya belum pernah mendengar adanya Ikapi goes to school. Padahal sekolah adalah pengguna buku terbanyak dalam
kehidupan masyarakat di dunia bagian manapun. Selain itu belum pernah juga saya
mendengar atau melihat, dan merasakan langsung jajaran pengurus Ikapi sedang
mensosialisasikan organisasinya di masyarakat. Rasanya, hampir belum pernah
juga melihat pengurusnya mensosialisasikan Ikapi di media televisi.
(Antusiasme anak-anak dalam membaca buku, meski mereka belum mengenal Ikapi.)
Andai saya menjadi pengurus Ikapi, sebagai
organisasi Ikatan Penerbit Indonesia, mungkin saya akan melakukan reformasi
sederhana untuk mengembangkan dunia baca tulis di Indonesia. Meski sederhana
namun mungkin bisa memberikan efek yang cukup tinggi bagi masyarakat umum yang
luas dalam kehidupan mereka sehari-hari.
Reformasi sederhana saya, salah satunya meminta
kerja sama para penerbit untuk mensosialisasikan organisasi Ikapi. Bersama para
penerbit meningkatkan jejaring kemitraan untuk goes to school. Baik itu
Ikapi ke sekolah mulai dari tingkat Sekolah Menengah Tingkat Pertama (SMP)
hingga perguruan tinggi. Dalam kegiatan Ikapi goes to school, diadakan
acara sosialisasi Ikapi yang menarik disertai hadiah buku atau hadiah lainnya
yang mengingatkan akan pentingnya buku. Acara sederhana, berupa aneka
perlombaan membaca, menulis, resensi, story
telling, dan aneka kegiatan menarik lainnya yang berkaitan dengan Ikapi dan
dunia perbukuan.
Dan hal yang tidak boleh dilupakan adalah
masyarakat umum, mulai dari tingkat Rukun Warga (RW) hingga meluas ke
pemerintahan. Dari kegiatan sederhana itu, harapannya kelak akan terbentuk
rangkaian mata rantai yang kokoh dan saling menyatukan satu sama lainnya. Secara
tidak langsung, Ikapi sudah berperan serta dalam memajukan dunia pendidikan,
sekaligus mencerdaskan kehidupan bangsa.
Mari, kita lebih memajukan perbukuan dan
penerbitan Indonesia secara luas. Hingga masyarakat dari golongan bawah pun
mengenal Ikapi sebagai Ikatan Penerbit Indonesia.
Semoga bermanfaat.
Tulisan ini diikutsertakan dalam Parade Ngeblog IKAPI Jabar & Syaamil
Quran #PameranBukuBdg2014
Keberadaan IKAPI memang sudah selayaknya menjadi tempat bernaung para penerbit... semoga IKAPI kedepannya semakin maju ya Mbak... met ngontes semoga sukses ya...
BalasHapusMengaminkan harapan dan doa, Mbak Rita. Terima kasih. :)
HapusIKAPI jaya !
BalasHapusInsya Allah. Aamiin. :)
HapusIkapi goes to school. Bagus juga tuh idenya ^^
BalasHapusTerima kasih dukungannya, Bunda. :)
Hapussepakat dengan komen Mbk Yas, bagus tuh IKAPI go to school.
BalasHapusHhheee. Iya, kelak penulisnya pun akan menikmati keberuntungan secara tidak langsung dengan adanya Ikapi goes to school. Namanya, kan, ada di bukunya. Sukses ya. Terima kasih.:)
Hapus