Melihat
sampul depan dan belakang buku ini sudah bisa ditebak kalau novel ini bertema
cinta remaja. Sudah terbayang di bagian sampul belakang kalau tokoh utamanya
seorang remaja putri. Namun, begitu membuka awal bab 1 justru menceritakan
tentang keterkesimaan seisi kelas melihat kedatangan murid baru bernama Davidio
Daniel Dharmawan, panggilan untuk David, atau Davi.
Kemudian
di bab yang sama, ditandai 3 buah tanda bintang, penulis berubah menceritakan
keakraban Irish, panggilan Fairish dengan adiknya. Dilanjutkan keterkejutan
Fairish ketika sampai sekolahnya, SMU Palagan yang masih sepi. Begitu sampai
kelas, Fairish bengong melihat semua teman ceweknya sudah lengkap. Kecuali
teman cowoknya, belum ada satupun yang ada di kelas. Hingga Fairish memutuskan
keesokan harinya tidak mau lagi datang pagi-pagi ke sekolah.
Cerita
berubah lagi pada Udin, panggilan Chaeruddin, teman sekolah Fairish yang baru
masuk sekolah lagi setelah seminggu absen gara-gara gejala tipus. Di bagian ini
lengkap dengan kelakar teman sekelas. Termasuk Ketawa Davi yang membuat Fairish
tertegun, pertama kalinya memandang Davi.
Di
bab yang sama setelah tanda bintang, penulis memperlihatkan sosok Davi dengan
kekasarannya.
“CEPAT
PERGI!” bentaknya dengan suara menggelegar, diikuti pukulan keras di meja.
–hal. 19—
Sejak
kejadian itu cewek-cewek jadi ngeri kalau mau overacting di depan Davi.
Suatu
hari Davi menceritakan kesukaannya akan kebut-kebutan, dan hubungannya dengan
pacar dan kebun teh. Davi menceritakan kisah masa lalunya sambil menangis
karena perasaan bersalah, telah menerjang pagar pengaman, menyebabkan Melanie
tergeletak di antara pohon-pohon teh, jauh di bawah, koma dan meninggal.
Setelah
keterbukaan Davi kepada Fairish, serta permintaanya untuk menjadi pacar pura-pura,
keadaan berubah. Bagi Fairish, tidak ada lagi sosok Davi yang menakutkan. Irish
justru iba pada semuanya, kenangan yang menyakitkan. Irish satu-satunya cewek
SMU Palagan paling dekat dengan Davi.
Serapi-rapinya
menyusun rencana, kejadian tak terduga bisa datang kapan saja. Suatu hari Metha
cs. Meminta Iris membuat pengakuan, bahkan menyakitinya dengan fisik dan non
fisik. Irish yang disidang sendirian ketar-ketir karena kerja sama bohongnya
belum selesai semua, masih ada bolong di sana-sini. Dan di tengah ketegangan
itu Davi hadir menyelamatkan Irish.
Disaat
Irish dan Davi mengakhiri kebohongan, prahara datang bersamaan dengan kehadiran
anak baru bernama Alfa. Alfa sering mengancam Irish sebagai bentuk balas dendam
atas kematian saudaranya, Melanie. Membuat Irish dan Davi kembali berduaan ke
mana-mana.
Meski
cerita dalam ini ada yang terkesan mengada-ada ketika sekelompok lelaki menjadi
cheerleader, dan dilema cinta Fairish
itu sendiri, namun masalah yang ada pada sebagian remaja ini memang akan terus
menarik perhatian remaja. Sehingga wajar kalau buku ini best seller. Selain itu gaya bercerita yang penuh lelucon, kocak,
dan ringan membuat betah berlama-lama membuka halaman per halaman agar novel
ini cepat tuntas dibaca.
Saya
suka dengan untaian kalimat penutup paling akhir.
Mereka
pulang. Membelah hamparan kebun teh, menatap jauh ke depan, dan meninggalkan
apa yang sudah terjadi... jauh-jauh di belakang! – hal. 302 –
Seakan-akan kalimat tersebut memberikan pesan,
berdamai dengan perasaan bersalah agar tetap melangkah tegar. Namun bukan
berarti membiarkan kesalahan berkelanjutan, justru dengan adanya masalah itu
kita harus belajar makin mengerti akan diri sendiri dan lebih peduli dengan
orang-orang di sekitar kita.
Judul Buku : FAIRISH
Penulis
: Esti Kinasih
Penerbit
: PT Gramedia Pustaka Utama( pernah diterbitkan oleh Media Pressindo, Yogyakarta , tahun 2002 )
Cetakan keempat belas: Agustus 2010
Cetakan kelima belas
: Agustus 2011
Cetakan keenam belas: Januari 2012
Tebal
: 304 halaman; 20 cm
Jenis Buku :
Fiksi Remaja
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Silakan tinggalkan jejak.
Akan saya respon secepatnya.
Terima kasih sudah berkunjung.