Judul : Cinta Naik Tangga
Penulis : Indra Defandra
Penyunting : Iman
dan Hani Fatimah
Desainer isi dan penata letak : Shelly Agustine
Desainer sampul : Risyanto
Penerbit : CV. Tebe Agustine
Terbit : Cetakan 1, Desember 2013
ISBN :
978-602-14652-0-2
Tebal buku :
350 halaman
Harga buku :
Rp 70.000,00
Berawal dari
iming-iming buku ini bisa membuat tertawa, akhirnya saya berusaha menyelesaikan
bacaan ini hingga benar-benar tuntas 100%. Meski awalnya ngeluh-ngeluh karena
ceritanya belum berhasil membuat saya tertawa, namun saya penasaran juga, apa
sih sebenarnya yang ingin disampaikan penulis?
Walhasil,
mulai halaman 20 saya mulai bisa nyengir-nyengir ketika membaca novel ini.
Cerita
dalam buku ini diawali dengan prolog. Tiga bagian prolog yang ketika membacanya
mudah dimengerti dari segi kata-kata namun membingungkan dari segi cerita. Dan
ternyata, ketiga prolog itu saling berkaitan dengan kisah sepanjang cerita
dalam novel ini.
Awalnya,
saya kira inti cerita novel ini begitu sederhana tentang kehidupan Wasis Bagus
Rupawan yang benar-benar ancur. Nyatanya,
akhir cerita membuat saya tercengang. Ya, ampun ini penulis kepikiran ya bikin
cerita beginian. Rasanya saya jadi ingin mencak-mencak gara-gara sudah serius
menikmati bacaan, eh ending-nya bikin
gemas.
Bagus
bersekolah di SMP swasta yang terletak di pinggiran Jakarta. Murid-muridnya
berasal dari kalangan ekonomi menengah ke bawah. Kecerdasan muridnya
biasa-biasa saja, tidak banyak yang bisa dibanggakan.
Selama
bertahun-tahun Bagus bersekolah di SD. Ditambah pula 6 tahun di SMP. Setelah
lulus SMP Bagus mencari sekolah yang bisa menerimanya. Sayangnya justru
berbagai penolakan yang diterima. Bagus bisa masuk SMA favorit di Jakarta,
sekolah para siswa yang jenius dan berprestasi. Alasan Bagus bisa masuk sekolah
tersebut antara masuk akal dan juga keluar dari akal. Bagus yang sedang
berjalan mencari sekolah sebagai tempatnya belajar, ceritanya kejatuhan Pak
Udin, seorang Kepala Sekolah yang di tempatnya Bagus diberikan kesempatan
bersekolah. Secara tidak langsung Bagus sudah dianggap menyelamatkan nyawa Pak Udin.
Kepala Sekolah tersebut memberi kesempatan Bagus bersekolah di tempat yang
dipimpinnya.
Di
sekolah barunya, Bagus duduk dengan Andras yang cukup perhatian. Andras ini
benar-benar kebalikan dengan hampir semua teman Bagus di kelas. Di kelas ini
benar-benar gokil menurut saya. Rasanya sekolah dalam cerita terletak di daerah
Jawa Tengah bukan Jakarta. Logat guru ketika mengajar pakai dialeg Jawa, bahkan
nama pemerannya juga bersuku Jawa. Saya sampai berpikir, “Nih penulis nyasar membuat setting tempat, kayaknya.”
Alur
dalam novel ini benar-benar membuat bingung. Kurang fokus. Sebenarnya, siapa
yang ingin diceritakan dalam novel ini? Pada bagian 5, lebih banyak
menceritakan tentang Gita, teman sekelas yang sudah lama disukai Bagus. Dan
hanya pada Andralah Bagus menceritakan isi hatinya, perasaan sukanya kepada
Gita.
Alur
cerita dalam novel ini pun bulak-balik. Mungkin, serupa kalau kita melewati
jalanan perumahan sempit di perumahan padat penduduk. Pada bagian 9, cerita
berbalik ke masa Bagus naksir beberapa teman perempuannya, kemudian menyatakan
isi hatinya, dan berakhir dengan penolakan yang tragis. Miris ketika
membacanya. Seumur-umur belum pernah diterima cewek.
Pada
bagian 10, menceritakan kebersamaan Bagus, Gita, Andras, dan Luna di ruang
perpustakaan. Andras dan Luna tampak mulai ada rasa. Di tempat ini keempat
sahabat itu asyik berdiskusi tentang sejarah. Sampai-sampai mereka melewati
batas waktu istirahat. Terburu-buru ke kelas dan dikejar-kejar petugas
perpustakaan untuk membereskan kembali buku bacaan mereka.
Nah,
cerita mulai membingungkan lagi. Di bagian 11, menceritakan bapaknya Bagus yang
menjual kethoprak. Lengkap dengan asal muasal perpindahan prosfesi dari jualan
bakso ke jualan ketoprak. Serta awal mula pertemuan kedua orangtua Bagus.
Ternyata, ibunya Bagus dulunya seorang bintang, pemeran utama pementasan Grup
Kethoprak Tobong yang sangat terkenal “Mugi Rahayu”.
Begitu
pula di bagian 12 dan 13, malah menceritakan Raymond dan segala kelebihannya.
Raymond yakin akan dapat memiliki Gita. Mereka memang akrab, Gita menerima
tawaran Raymond menjadi vokalis band grupnya.
Bagian
14, kembali lagi menceritakan kegiatan keseharian Bagus. Bagus ke sekolah
bersepeda. Sepanjang jalan, Bagus berimajinasi memandangi model cantik dalam
iklan shampo yang dilihatnya di kiri jalan. Membuatnya mengalami kecelakaan.
Bahkan Bagus yang harus menuruti perintah Raymond menjadi hiburan spektakuler,
yang justru bagi saya sangat menjijikkan. Bayangin saja Bagus harus mencium
aroma kotoran anjing berjarak ¼ cm dari hidungnya. Untunglah Bagus diselamatkan
Pak Udin.
Andras yang melihat kondisi Bagus
makin “hancur” langsung menginterogasi siapa pelakunya. Sayangnya Bagus tutup
mulut.
Serentetan
kejadian yang tak diduganya hari ini membuat dia merasa lelah dan sakit.
Seperti manusia pada umumnya, Bagus kurang bersemangat ketika mendapat masalah.
Dengan kekurangaanya,
Bagus selalu menjadi bahan hinaan dan cemoohan. Dia kini berpikir. Adakah cara
untuk membuat orang jadi ganteng sekaligus jadi pintar? – halaman 185—
Ujungnya,
Bagus meminta bantuan Adras menemui peramal. Pada bagian ini lumayan bisa
senyum-senyum. Peramal meminta Bagus pergi ke Gunung Slamet menemui Ki Hajar
Dewantarno. Ketika mereka menuju ke Gunung Slamet, penulis menyisipkan sejarah
Baturaden.
Benar-benar nih penulis
membuat cerita yang unik. Andras dan bagus menyewa seorang pemandu bernama Pak
Wawan untuk mengantar mereka ke kawah Gunung Slamet. Dan orang sakti yang
mereka tuju itu tidak ada. Begitu KTP Pak Wawan jatuh, tahulah mereka bahwa
orang yang harus mereka temui itu pemandu mereka. Lebih gokil lagi ketika Bagus
dan Andras membaca isi surat dari peramal. Ngapain mereka jauh-jauh dari
Jakarta ke Gunung Slamet kalau suratnya dipaketkan ke Pak Wawan?
Dalam surat itu ada
mantra dari Mbah Samidjan. Bagus menuruti perintah sesuai tulisan dalam surat.
Ketika melempat batu ke kawah Gunung Slamet, Bagus menyebutkan permintaan yang
diucapkan dalam hati.
Bagus tak sabar
menunggu besok. Hari dimana nasibnya akan berubah 180 derajat. – halaman 231—
Ketika mendengar adzan
subuh, Bagus terbangun dari tempat tidurnya. Setelah menunaikan sholat, mandi,
sarapan, mengayuh sepeda ke sekolah, di tengah perjalan Bagus teringat
permintaannya setelah satu kali 24 jam akan terwujud. Bagus yang sudah mengayuh
sepeda beberapa meter dari rumah balik lagi hanya untuk bercermin.
Bagus kecewa. Ternyata
batu ajaib itu tidak mempunyai kekuatan apa-apa. Buktinya permintaan pertama
untuk merubah wajahnya jadi pria tertampan di dunia tidak bisa diwujudkan.
Wajahnya, masih kayak kemarin, jelek tapi rusak. – halaman 233—
Sepanjang jalan sampai
sekolah Bagus kebingungan banyak disapa perempuan dari beraneka golongan.
Bahkan sepanjang jalan Bagus berteriak tak percaya melihat orang di sekelilingnya.
Ternyata bukan Bagus yang dibuat tampan. Tapi orang-orang yang dibuat jelek.
Bahkan di sekolah dia jadi paling pintar. Selanjutnya, karena kegantengannya,
Bagus jadi bintang iklan. Menjadi ketua berbagai organisasi di sekolah. Seabreg
prestasi dan penghargaan menyesaki kamar Bagus. Saking populernya, sering kali
rumahnya dipadati wartawan.
Bagus merajai hampir
semua bidang. Dia yang tadinya dihina dan dilecehkan teman-temannya kini
berbalik 180 derajat menjadi pria nomor satu dalam segala hal. Paling pintar,
paling ganteng, paling kuat, dan pokoknya paling-paling dalam segala hal. – Halaman 257—
Bagus yang sudah
berubah melakukan balas dendam terhadap Raymond. Dia mengerjai Raymond
habis-habisan.
Bagus yang dulu sering
ditolak kini dikejar-kejar cewek cantik. Bagus pun mengumbar napsu liarnya
menjadi playboy.
Saat Gita bingung
menunggu jemputan, yang sebenarnya mobilnya di rusak orang suruhan Bagus, dia
menawarkan jasa mengantarnya. Akal-akalannya berhasil. Dia mengajak Gita makan
dan mengungkapkan isi hatinya. Gita menerimanya. Sayangnya cuma mimpi. Andras
membangunkan Bagus yang tertidur di kelas dari Sabtu dan baru bangun Senin
pagi.
Di dalam kelas Bagus
tak dapat mengerjakan soal ujian. Kondisi Bagus makin parah. Jam pulang
sekolah, Andras membawa Bagus ke rumahnya. Meminta tolong bapaknya yang seorang
dokter mengobati Bagus.
Di bagian 20, cerita
mulai tidak fokus lagi. Pada bagian ini menceritakan tentang Gita dan ayahnya.
Kisah masa lalu yang membawa pertemuan sebenarnya dengan bapaknya Bagus, orang
yang dianggap berjasa oleh bapaknya Gita.
Tak terasa hampir satu
tahun Bagus bersekolah di SMU Puber Pertama, hingga tiba malam perpisahan bagi
anak kelas 3. Dalam cara Prom Nite, Bagus menjadi seorang terusir hingga mojok,
meringkuk di sudut belakang kayak orang hilang. Hingga kejadian mengejutkan
membuat semua tercengang. Raymond mengusulkan kepada panitia agar menetapkan
Gita sebagai Queen of Prom Nite dengan harapan Raymond akan mendampinginya.
Gita yang terpilh
menjadi Queen of Prom Nite diberikan
kebebasan oleh panitia untuk menentukan pasangannya. Semua takjub begitu Gita
menentukan nama Bagus.
Sementara itu Bagus
tidak tahu apa yang terjadi. Bagus masih tidur di dekat tempat sampah pojok
belakang gedung itu. – halaman 296—
Pada
bagian 22, saya sama sekali tidak mengerti. Cerita di salah satu pulau kecil di
kepulauan di Asia Pasifik.
Namun di bagian 23,
kemampuan saya balik lagi. Bagus dengan rutinitas mengisi waktu istirahatnya
duduk di bangku taman di bawah pohon, didekati oleh Gita. Tiba-tiba sesuatu
menimpa diri Bagus dan dilarikan ke rumah sakit.
Akhir yang mengejutkan
sekaligus membuat saya kecewa karena semua cerita kemiskinan bagus rekayaasa
untuk melatih Alfa menjadi agen rahasia hebat kelak. Bagus adalah Alfa Arizona,
saudara Andras yang selalu dinanti Andras karena orangtuanya mengatakan Alfa
bersekolah di luar negeri.
Alasan yang masuk akal
sekaligus bias untuk merubah Alfa menjadi Bagus. Mereka khawatir dengan sifat
Alfa yang sombong, arogan, tak punya hati, meremehkan orang lain, dan suka
membangga-banggakan kehebatannya.
Pada bagian epilog 1,
Alfa mengajak Gita bermotor ke Pantai Anyer. Ceritanya, mereka mengalami
kecelakaan hingga Gita lumpuh dan Alfa terbaring di ranjang rumah sakit. Hal
ini mengecewakan saya sebagai pembaca karena di bagian epilog 2, itu cuma mimpi
Gita yang tertidur di atas boncengan motor. Hehehe....
Kekurangan dan Kelebihan Buku
Baca buku ini
membuat saya harus bersabar karena terkesan kurang fokus, ceritanya melebar ke
mana-mana. Sampai ada teman yang mengomentari kalau buku ini kurang
memerhatikan faktor intrinsik dan
ekstrinsik penulisan novel. Secara teknis kepenulisan masih harus
diperbaiki, EYD masih perlu pembenahan, typo,
kurang total karena terlalu melebar ke sana-sini, semua tokoh seakan punya
peran penting hingga tokoh utama kadang tenggelam, sudut pandang penceritaan
terkadang membingungkan, kadang gue sebagai tokoh, kadang jadi narator. Bagi
saya kadang kalau cerita hanya mimpi malah jadi mengecewakan, kesannya penulis
kurang lepas ketika menceritakan karangannya. Malah lebih baik hal tersebut
terjadi sekalian hingga menimbulkan banyak kejutan.
Dibalik kekurangannya buku
ini memang benar-benar unik dengan gaya dan alurnya tersendiri. Membuat ngakak
di beberapa bagian tapi ada juga candaannya yang terasa garing. Kelincahan penulis
mendeskripsikan latar cukup unik meski sebenarnya kurang kuat karena masih bisa
dipindah ke tempat lain. Penulis kreatif membuat nama sekolah dan membangun
suasana kelas meski malah terkesan sekolahnya berada di Jawa padahal setting
cerita di Jakarta. Pesan moral pun begitu unik dengan perbandingan makhluk
teraniaya, dan enggak terasa tahu-tahu kita ngambil pelajaran berharga, selalu
ada kesempatan jika kita berusaha.
-
Semoga bermanfaat –
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Silakan tinggalkan jejak.
Akan saya respon secepatnya.
Terima kasih sudah berkunjung.