Menurut hasil berselancar yang saya baca, ini referensinya http://news.metrotvnews.com/read/2014/04/17/231969/melihat-bandung-lebih-dekat-dengan-bandros, Bus bertingkat nan apik ini sumbangan dari Corporate Social Responsibility sebuah perusahaan telekomunikasi. Setiap pelancong yang datang ke Kota Kembang dapat menikmati Bandros secara gratis (sayangnya tidak beneran gratis, lho).
Ketika saya hendak naik, unik-unik
nih masalah bayar. Pas di bawah di arahin sama penjual atau yang nawarin
kuda katanya gratis. Pas mau naik, di bawah dekat naik ada yang bilang; lima
belas, Neng. Terus, dua puluh, Neng. Aslinya pas naik bayarnya Rp 10.000,00.
Demi mencoba sensasinya, naiklah saya mengikuti alur kendaraan ini berkeliling rute-rute tertentu di sekitar Bandung.
Ini rutenya: Taman Kandaga Puspa,
Pusdai, Museum Geologi, Gedung Sate, Gedung Rektorat ITB, ITB, Kebun Binatang,
Blossom, Taman Pasoepati, Gedung Telkom, SMAN 20 Bandung, sampai lagi di tempat
awal.
Apalagi dalam ulasan referensi tersebut diberikan keterangan, untuk menikmati bus ini, pelancong cukup menunjukkan
kuitansi atau bon transaksi yang dilakukannya di toko-toko di Bandung. Baik itu
rumah makan atau toko baju (Factory Outlet).
"Bandros itu rencananya gratis tapi harus bawa kuitansi. Jadi turis yang sudah beli dan memberikan sumbangan ke Bandung dengan bukti kuitansi bisa naik gratis. Jadi beli di FO, distro, nunjukin bonnya bisa naik gratis," ucap pria yang akrab dipanggil Kang Emil itu.
Selain itu, bus wisata ini akan dilengkapi dengan fasilitas internet dan cemilan khas Bandung. Fasilitas dan bentuk bus yang disesuaikan dengan kota Bandung, dapat memberi pengalaman yang menyenangkan bagi pelancong.
"Iya, ada makanan dan wifi, kan sudah ada almarinya. Dan terbuka karena cuacanya nyaman. Kalau di Jakarta kalau terbuka seperti ini agak lengket ya," ujar Ridwan sembari tertawa.
"Bandros itu rencananya gratis tapi harus bawa kuitansi. Jadi turis yang sudah beli dan memberikan sumbangan ke Bandung dengan bukti kuitansi bisa naik gratis. Jadi beli di FO, distro, nunjukin bonnya bisa naik gratis," ucap pria yang akrab dipanggil Kang Emil itu.
Selain itu, bus wisata ini akan dilengkapi dengan fasilitas internet dan cemilan khas Bandung. Fasilitas dan bentuk bus yang disesuaikan dengan kota Bandung, dapat memberi pengalaman yang menyenangkan bagi pelancong.
"Iya, ada makanan dan wifi, kan sudah ada almarinya. Dan terbuka karena cuacanya nyaman. Kalau di Jakarta kalau terbuka seperti ini agak lengket ya," ujar Ridwan sembari tertawa.
(Sayangnya, semua itu masih dalam kategori bohong, oh mungkin lebih halusnya belum terlaksana kali ya. Ya, siapa tahu saja dalam waktu dekat ini beneran terjadi.)
Pas naik di tengah rasanya
sedikit pusing. Tapi di belakang karena terbuka enak bisa dadah-dadah ala
turis. Ayo, coba. Banyak lho yang dari luar kota cuma untuk mencoba kendaraan sensasi kendaraan ini sampai berkali-kali. Saya jadi membatin, mencoba kok berkali-kali, wah jangan-jangan itu sih ketagihan namanya. :)
Dari penumpang yang tampaknya sering keluar negeri dan mendadak akrab dalam kendaraan bernama makanan khas Bandung ini, ia banyak bercerita tentang kemiripan Bandros dengan Trem. Sama kendaraan bernuansa klasik, katanya sambil terus melanjutkan obrolan. Iya yang dari luar kota sering ke luar negeri
bilangnya serasa naik trem. Bedanya di Bandung tidak bisa berhenti di tempat
tertentu, naik di situ, turun juga di situ. Ada juga kendaraan sejenis ini di Singapura, tapi punya tempat pemberhentian tertentu yang bisa membuat wisatawan menikmati keindahan beberapa tempat persinggahan di Singapura tanpa harus membayar sejumlah uang lagi untuk membeli tiket. Cukup menunjukkan stempel di tangan sebagai tanda tadi sudah naik itu kendaraan.
Bagaimana? Ayo, siapa yang tertarik menumpang bus berjulukan seperti nama makanan
ini, segeralah ke Bandung. Lokasi pemberhentian Bandros ini dekat dari Gedung Sate.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Silakan tinggalkan jejak.
Akan saya respon secepatnya.
Terima kasih sudah berkunjung.