Judul :
Mahkota Cahaya untuk Ayah Bunda
Penulis :
Fifa Dila
Penyunting : Tofik Pram
Penyelaras aksara : M. Eka Mustamar
Penata aksara : Nurul M. Janna
Desain sampul : Wida Sartika
Penerbit :
Noura Books (PT. Mizan Publika)
Terbit :
Cetakan 1, 2014
ISBN :
978-602-1306-26-0
Tebal buku : 256 halaman
Harga buku : Rp 44.000,00
Membuka
halaman pertama novel ini, anda akan terbius oleh endorsment dari para penulis yang namanya mungkin telah tak asing
lagi. Membuat anda penasaran untuk segera membacanya. Begitupun ketika membaca
kover belakang, mungkin anda menjadi ingin tahu bagaimana Hafiz meraih
cita-citanya menjadi dokter seperti Pak Dokter yang di Puskesmas?
Bagian
awal novel ini begitu mengharukan. Peristiwa kebakaran sebuah kapal yang
berujung pada banyaknya korban jiwa, termasuk Abi dan Umi Hafiz sebagai kedua
orangtua Hafiz. Sedangkan Hafiz sendiri selamat dan tinggal bersama Kakek.
Hafiz
kecil iri dengan teman-temannya yang bersekolah. Ia ingin tahu bagaimana rasanya
bersekolah. Sebaliknya, teman-temannya pun iri kepada Hafiz karena tidak
bersekolah formal. Kakek menyuruh-nyuruh Hafiz tadarus, hafalan dan
mendengarkan tafsir. Beliau berpikiran kolot dan tidak mengizinkan Hafiz
bersekolah.
Terdorong
rasa penasaran, Hafiz sering mendekati sekolah teman-temannya. Atas usulan mereka,
Hafiz sering mencuri dengar ketika Pak Jafar, guru teman-temannya di sekolah
mengajar. Bahkan pernah Hafiz mengerjakan tugas menggambar Jidan, temannya yang
sedang malas.
Pak Jafar yang melihat
perbedaan “persepsi gambar” antara orang yang menggambar tanpa pernah melihat tempatnya
dengan seseorang yang menggambar namun sudah melihat tempatnya, sangat
keheranan. Hafiz yang sedang berada di bawah jendela ketahuan oleh Pak Jafar.
Pak Jafar yang simpati
dengan Hafiz berusaha menemui Kakek Alimuddin, yang mengasuh Hafiz setelah
kedua orangtuanya meninggal. Guru
berdedikasi ini membujuk sang kakek agar mengizinkan Hafiz bersekolah.
Sayangnya, Kakek Alimuddin teguh pada pendiriannya.
“Dan, keputusan Kakek
adalah Hafiz harus mengkhatamkan Al-Quran baru masuk sekolah. Bagi Kakek,
Al-Quran bukan sekedar mendidik akhlak seseorang, tapi juga tujuan hidup
manusia.” – Halaman 93 –
Hafiz yang mendengarkan
penjelasan dari Kakek bertekad untuk membuktikan kalau ia bisa belajar sambil
tetap hapalan Quran. Meski pada kenyataannya, beberapa waktu lalu ketika Hafiz
sering mengintip Pak Jafar mengajar, hafalan Hafiz agak tersendat.
Suatu hari, empat
polisi mengunjungi rumah Kakek. Ia mengira Kakek akan berceramah di pengajian
yang besar. Hafiz ingin ikut, namun dilarang. Meski berat hati, Hafiz menerima keputusan Kakek untuk tidak ikut
dan dititipkan kepada Ibu Umar.
Hafiz yang sebenarnya
bingung, antara kesal dan gembira atas kepergian Kakek, mengungkapkan
keinginannya ikut olimpiade seperti teman-teman sepermainannya kepada Pak
Jafar. Alangkah senangnya Hafiz ketika mendapat dukungan dari Pak Jafar.
Penuh semangat Hafiz
melanjutkan hafalan surat-surat dalam Al-Quran. Siangnya, setelah jam
teman-temannya pulang sekolah, Hafiz belajar di sekolah bersama Pak Jafar. Di
sekolah Hafiz harus belajar pelajaran dasar seperti baca, tulis, dan berhitung.
Hingga dalam waktu seminggu, Hafiz baru bisa membaca setengah buku kelas satu.
Hafiz berharap dalam
hati, kepulangan Kakek ditunda satu minggu lagi. – Hal. 125 –
Harapan Hafiz terkabul.
Namun hal yang tidak diharapkan pun datang bersamaan. Kakek dituduh sebagai
teroris.
Hampir satu bulan Kakek
pergi ke kecamatan. Hafiz merasa kesepian. Teman-temannya menjauhi karena
mendengarkan pesan orangtua mereka agar tidak ngaji ke langgar Kakek dulu.
Hanya Ibu Umar yang bisa menenangkan Hafiz karena percaya seratus persen bahwa
Kakek bukan teroris.
Untuk menenangkan
hatinya sendiri, Hafiz mendatangi Pak Jafar. Meski kadang kesal pada sikap
Kakek yang kelewat disiplin, Hafiz sayang pada Kakek. Hafiz tidak ingin Pak
Jafar menganggap Kakek teroris. Ternyata sebaliknya, Pak Jafar tidak menganggap
Kakek teroris. Bahkan, Pak Jafar
berkomunikasi dengan teman-temannya melalui e-mail agar Kakek segera dibebaskan.
Hafiz yang kurang
mengerti tentang kehidupan dan juga ungkapan Pak Jafar, bolos belajar baca,
tulis, dan berhitung. Pada hari keempat, satu bulan setelah Kakek pergi, Kakek kembali dengan penampilan yang membuat Hafiz pangling. Hafiz
yang sempat berprasangka buruk kepada Pak Jafar segera berterima kasih telah
membantu membebaskan Kakek.
Kepulangan Kakek membuat Hafiz semakin dekat
dengan beliau. Hafiz jadi tahu cerita masa lalu Kakek dan banyak hal lainnya.
Sayangnya, keakraban keduanya tidak berlangsung lama. Saat Hafiz belum khatam,
masih kurang 2 surah lagi, menjelang subuh pada bulan Agustus, Kakek Alimuddin
meninggal dunia. Kepergian Kakek mengguncangkan jiwa Hafiz hingga bersikap lain
dari biasanya dan terbaring sakit di Puskesmas.
Setelah sembuh, Hafiz
ke Surabaya untuk ikut pesantren Ramadhan. Pada bagian ini ada hal yang membuat
saya mengerutkan kening.
... Dilihatnya sekilas
baris-baris huruf dan angka yang tidak bisa dia baca. –Hal. 171 –
(Bukankah di bagian
sebelumnya sudah dituliskan, Hafiz baru
bisa membaca setengah buku kelas satu?) Sebagai anak yang cerdas dan memiliki rasa ingin tahu yang tinggi, bukankah
seharusnya Hafiz mengeja atau bertanya kepada orang yang memberikan kertas
tersebut?
Cerita-cerita
selanjutnya tentang kepolosan Hafiz begitu menegangkan, penuh kejutan dan juga
mengesankan. Mengalir membawa Hafiz kedalam pertemanan dengan anak Rumah Dolan
yang menyeretnya ke kantor polisi. Serta sangkaan diri seorang anak yang menyalahkan
dirinya sendiri atas kecelakaan yang menimpa Pak Jafar.
Secara pribadi, saya
sangat menyayangkan (maaf) nukilan ayat Al-Quran yang seharusnya menjadi “nilai lebih” novel ini justru menjadi
tanda tanya besar. Jika hal tersebut dinilai sebagai seni, saya sangat
menghargai seni. Namun, jika pada
ujungnya membuat bias, apalagi membingungkan, saya rasa harus dipertanyakan.
Semisal, tulisan mirip QS
(hal. 19 dan beberapa halaman lainnya yang berkaitan dengan Al-Quran) membuat
bingung beberapa pembaca. Biasanya, kalau saya memiliki buku yang sedang
dibaca, saya akan membawanya ke mana-mana agar segera tuntas bacaannya. Hingga
orang terdekat saya tertarik untuk mengetahui apa yang sedang saya baca dan
ikut membacanya pula.
Saya sempat bingung melihat tulisan QS
tersebut. Ketika bertanya kepada beberapa orang terdekat, tulisan tersebut
memang membingungkan. Ada yang menyebutnya “dua
es”, “dua dan”, “zet es”, “zet dan”. Padahal sebenarnya, tulisan itu
kepanjangan dari Quran Surat. Bahkan, teman terdekat pembaca Quran dalam
kesehariannya bingung ketika membaca Qamar yang sejatinya begitu jelas itu dibaca Qamar, bukan
Zamar apalagi Zumar.
Kejanggalan lainnya
berupa tulisan QS Al-Naml: 80 (hal. 126) dan QS Al-Naba: 40: 54 (hal. 188).
Berdasarkan beberapa Al-Quran yang saya baca, ternyata bertuliskan An-Naml dan
An-Naba. Bahkan ketika saya bertanya kepada seorang guru di suatu pondok
pesantren yang benar memang An-Naml (dalam bahasa Indonesia=semut) dan An-Naba
(dalam bahasa Indonesia =berita besar). Alasannya karena nun termasuk 1 dari 14
huruf syamsiah sehingga bacaan alif lam melebur
ke dalam huruf syamsiah tersebut.
Selain itu ada beberapa
untaian kata yang terkesan berlebihan.
... Leher, pundak,
hingga punggungnya kesemutan. – Hal. 82 –
Benarkah kalimat
tersebut? Apakah leher, pundak, hingga punggung kesemutan? Kesemutan itu berasa digigit semut, terutama pada kaki dan tangan karena lama duduk tanpa bergerak-gerak atau tertekan terlalu lama. Ya, kecuali memang ada penyakit tersebut yang diceritakan penulis sebelum dan sesudahnya mengenai kesemutan di leher, pundak, hingga punggung Hafiz.
Pada paragraf akhir
halaman 131 ada kalimat yang hilang. Begitu pun berlanjut ke halaman 132, ada
bagian kalimat yang hilang juga. Dan pada paragraf awal halaman 142, tulisannya
berdempet-dempetan, tanpa spasi.
Kelebihan novel Mahkota Cahaya untuk Ayah Bunda
Kelebihan novel Mahkota Cahaya untuk Ayah Bunda
Terlepas dari
kekurangannya, semoga kelak ketika novel ini cetak ulang, diharapkan ada perbaikan ke arah
lebih tepat sehingga tidak membingungkan pembaca pada umumnya. Apalagi cerita ini berkisah
perjuangan meraih cita-cita sedari masa kanak-kanak yang menginspirasi, dan sangat layak menjadi bacaan "umum" (mulai dari anak-anak hingga dewasa).
Bahkan, pesan moralnyapun begitu halus untuk tetap menjaga fokus pada tujuan agar tetap dapat menjaga keseimbangan, tekad yang kuat akan mengarahkan seseorang pada keberhasian, korelasi Al-Quran dengan kehidupan seperti pada halaman 86, maupun pengetahuan lainnya yang begitu unik.
Hal yang paling berkesan bagi saya adalah bagaimana penulis menyisipkan pengetahuan tentang latar tempat dan waktu yang begitu apik. Sehingga Pulau Antara, tempat yang tidak ada dalam peta tersebut terasa sekali gambaran suasana lingkungan alam dan kehidupan masyarakatnya.
_ Semoga bermanfaat _
(Resensi Ini Diikutkan dalam Lomba Indiva Readers Challenge (IRC) 2014)
Bahkan, pesan moralnyapun begitu halus untuk tetap menjaga fokus pada tujuan agar tetap dapat menjaga keseimbangan, tekad yang kuat akan mengarahkan seseorang pada keberhasian, korelasi Al-Quran dengan kehidupan seperti pada halaman 86, maupun pengetahuan lainnya yang begitu unik.
Hal yang paling berkesan bagi saya adalah bagaimana penulis menyisipkan pengetahuan tentang latar tempat dan waktu yang begitu apik. Sehingga Pulau Antara, tempat yang tidak ada dalam peta tersebut terasa sekali gambaran suasana lingkungan alam dan kehidupan masyarakatnya.
_ Semoga bermanfaat _
(Resensi Ini Diikutkan dalam Lomba Indiva Readers Challenge (IRC) 2014)
Bkin penasaran baca nih mba, di luar kekurangan yg ada dalam buku ini.
BalasHapusMoga sukses ngontesnya yaaa :)
Yuk, perbanyak bacaan.
HapusTerkadang, justru kekurangan menjadi hal menarik untuk diketahui.
Terima kasih sudah berkunjung.
Happy Ramadhan.
wah lumayan nih buku baeu... jd pgn ke gramediaa....
BalasHapusYuk ke Gramedia.
HapusLagi senang ngacak-ngacak toko buku nih.
Bekal buat mudik beberapa hari lagi. Hahahaha.
Thanks kunjungannya.
Happy Ramadhan.
Mengamini doa Susanti Hara, moga novel ini cetak ulang jadinya salah cetak dan pemilihan font bisa direvisi segera.
BalasHapusoiya, ini untuk lomba ya. Moga menang. Ulasan buku ini sangat lengkap tanpa mengulik-ulik ending ;)
Semoga menjadi doa yang mustajab di bulan penuh berkah ini. Aamiin.
HapusEnding terbuka yang tampaknya akan ada kelanjutan, nih.
Sukses selalu ya. Aamiin
bagus teh, isi resensinya detail. sukses terus ya :) .
BalasHapusTerima kasih sudah berkunjung. Hayu ikut ke Polar Braga hari ini. Ada Kang Adew n the gank perform. :)
BalasHapusBiasa hunting buku di toko buku bekas, alias jarang banget ke Gramedia mba, jadi kalau ada buku baru kaya begini kurang tahu infonya.
BalasHapusTapi ntar coba dah di cek, kebenarnya, kalau mampir ke Gramedia :)
Itu ada penulisnya, Mas. Bisa pesan sama Mbak Fifa Dila langsung kalau mau.
BalasHapusSukses ya!
Terima kasih kunjungannya.