Judul
Terjemahan : Dunia
Aisyah: Jadi Juara
Judul
Asli :
Young Aisyah: Juara Kampung Badak Berendam
Penulis :
Saridah Hamid dan Reja
Penerjemah : Raviyanto
Ilustrasi
Sampul dan Isi : Rezarly Musa
(Reja)
Adaptasi
Sampul dan Tata Letak Isi : Muksith
Surury
Penerbit : PTS
Islamika Sdn. Bhd., Malaysia
(Diterbitkan pertama kali oleh PT. Gramedia
Pustaka Utama)
Terbit : 2009
ISBN :
978-979-22-6376-3
Tebal
buku : 160
hlm.
Buku “Dunia Aisyah:
Jadi Juara” ini dilengkapi ilustrasi berupa gambar komik. Isinya menceritakan perjuangan Aisyah untuk mengikuti
kegiatan PAK POS (Pertandingan Antar-Kelas Pekan Olahraga Sekolah). Aisyah
pulang ke rumah dengan cemberut karena kelelahan latihan.
Ibunya menyangka hanya
karena ada pelajaran olahraga. Aisyah menceritakan keinginannya sekaligus
meminta pendapat dan dukungan ibunya. Bu Aminah, ibunya Aisyah malah menertawakan.
Aisyah belum pernah ikut lomba lari. Ibu cuma pernah melihatnya berlomba dengan
Mimi, kucing kesayangannya. Itu juga Mimi yang menang. Biasanya Aisyah
tertinggal jauh di belakang dengan napas ngos-ngosan, sedangkan Mimi berlari
cepat.
Ibu menyangsikan
kemampuan Aisyah yang bertubuh gemuk akan mampu berlari cepat. Aisyah ngambek.
Namun, Aisyah tetap ingin berprestasi di pelajaran, sekaligus dalam olahraga.
Keinginan Aisyah
tertanam kuat hingga terbawa mimpi. Ibu menceritakannya kepada Ayah. Sebaliknya
dengan Ibu, Ayah justru mendukung keinginan Aisyah. Dalam obrolan ini diselingi
dengan cerita Nabi Muhammad saw. yang juga suka olahraga.
Sewaktu jam istirahat
di sekolah, Aisyah dan Amira melihat Ali dan Adam di kantin. Mereka mengajak
Ali dan Adam tanding lomba lari di lapangan bola bada ashar. Aisyah mengajak
Mimi, kucingnya. Adam dan Ali menyetujuinya. Aisyah pun mengajak teman sekelas
lainnya.
Seperti yang sudah
dijanjikan, sorenya Ali dan Adam tiba lebih dulu di lapangan. Aisyah terlambat
karena menunggu teman-temannya datang.
Saat perlombaan
berlangsung, Mimi tersasar. Kucing itu takut mendengar sorak sorai penonton.
Berlari tunggang langgang. Bersembunyi di balik semak-semak di pinggir
lapangan.
Sementara Ali memimpin
di depan. Tapi, begitu setengah putaran, perlahan-lahan larinya melambat.
Aisyah berhasil menyusul Ali. Sayangnya, Aisyah dikejar anjing. Berteriak
meminta tolong. Larinya melenceng ke sebelah lapangan. Sementara Amira dan
teman-temannya yang lain lari berpencaran saat melihat anjing berlari ke arah
mereka.
Menyadari anjing sudah
tidak mengejarnya lagi, Aisyah mencari Mimi. Memanggil-manggil Mimi.
Sesampainya di bawah pohon rambutan, Aisyah melihat ada yang bergerak-gerak.
Ternyata, Ali dan Adam bersembunyi di atas pohon rambutan. Mereka meminta
Aisyah naik dan makan rambutan bersama.
Aisyah berusaha keras
memanjat pohon itu. Seumur hidup, dia tidak pernah memanjat pohon. Aisyah
menjerit, terjatuh karena sepatunya licin saat memanjat pohon. Kakinya sakit
dan terluka. Ali dan Adam menolongnya. Namun, Aisyah menolaknya karena bukan
muhrim. Ali meyakinkan Aisyah sesuai apa yang didengar dari ustaz, jika ada
yang sedang sakit harus segera ditolong, beserta alasan lainnya.
Saat Aisyah berusaha bangkit dan berjalan
kembali, Aisyah melihat sesuatu bergerak-gerak di balik semak-semak. Ternyata
itu Mimi. Aisyah gembira. Ali dan Adam pun merasa lega.
Mulai saat itu, setiap
hari selama dua jam, semua murid berlatih olahraga menurut tim yang sudah
dibentuk. Aisyah dan teman satu timnya sibuk berlatih. Aisyah terpilih mewakili
4A-putri di nomor lari 100 meter. Sementara Amira di nomor lari gawang 100
meter. Aisyah giat berlatih olahraga hingga kelelahan.
Pesta olahraga hampir
tiba. Aisyah memberikan surat undangan kepada ibunya. Ia mengajak seluruh
keluarganya untuk datang. Hingga hari itu tiba. Aisyah mengikuti lomba dengan
dukungan dari teman-temannya, Ibu, Ayah, nenek, dan kakaknya. Aisyah berhasil
juara pertama.
Satu demi satu acara
PAK POS berlangsung. Kelompok A masih memimpin hingga benar-benar menang,
menjadi juara umum. Ketika lomba tarik tambang, tiba-tiba, Farah, teman Aisyah
terkulai ke tanah. Suasana menjadi panik. Aisyah dan Amira memeluk teman mereka. Semua
khawatir termasuk guru-guru. Mereka cepat-cepat memanggil tim P3K yang sejak tadi
berjaga-jaga di pinggir lapangan.
Begitupun ayah Farah
yang segera membopong putrinya masuk ke dalam mobil. Aisyah dan Amira merasa
sedih. Namun, mereka harus kembali ke barisan kelompok A untuk melanjutkan
lomba.
Usai lomba, Aisyah dan
teman-temannya menjenguk Farah. Farah yang dirawat di rumah sakit merasa
terharu melihat kepedulian teman-temannya. Mereka semua berseri-seri. Apalagi
ketika Farah tahu Aisyah mendapat predikat atlet putri terbaik. Sekarang Aisyah
punya julukan baru, Aisyah sang juara.
Pesan moral novel anak
ini benar-benar asyik, “juara”: bersungguh-sungguh dalam melakukan apa yang
kita yakini. Bersahabat itu menyenangkan. Empati, peduli terhadap sesama.
Novel ini bagus untuk melatih
percakapan anak. Sekaligus bisa juga untuk memotivasi agar anak membiasakan membuat
catatan harian tentang kegiatan di rumah, di sekolah, atau di lingkungan mana
pun anak berada. Tulisan dalam buku ini begitu dekat dengan keseharian anak. Sayang,
ilustrasinya tidak berwarna. Namun, tetap tidak mengurangi nilai tambah novel
ini yang dilengkapi dengan kutipan-kutipan sabda Rasulullah, pepatah Arab, doa
Rasulullah, dan juga doa anak itu sendiri.
Selamat melatih membimbing anak menjadi juara. Mari membiasakan mereka dekat dengan SangPenciptanya melalui doa.
-
Semoga bermanfaat –
(Resensi
Ini Ditulis untuk Mengikuti Lomba Indiva Readers Chalenge 2014)
Mantap nih ulasannya Mbak....bisa dijadikan referensi untuk bacaan anak2 pula... Novel anak ini isinya memberi motivasi pada anak agar membuat catatan-catatan dirinya sendiri dalam keseharian... Tak banyak anak yang melakukan hal ini.. Nice post Mbak...semoga menang ya tulisannya ini ...
BalasHapusMasih panjang untuk sampai ke tujuan tersebut. Namun, tetap mengaminkan doanya karena tujuannya bukan sekedar menang, kok. Terima kasih.
BalasHapusSalam. :)