Judul : Han
River’s Love Story
Penulis : Rama
Firdaus
Penyunting
Bahasa : Mastris Radyamas
Penata
Letak : Puji
Lestari
Penata
Sampul :
Andhi Rasydan
Penerbit : Indiva
Media Kreasi
Terbit : Cetakan
Pertama, Jumadil Tsani1435 H./April 2014
ISBN :
978-602-1614-09-9
Tebal
buku : 456
hlm.; 20 cm.
Pencarian keluarga Suleyman Erbakan oleh Nabil Umar di
Edirne, 1962, menjadi prolog menarik dalam novel ini. Nabil Umar seorang
diplomat memperlihatkan tiga benda dalam sebuah kotak; sebuah liontin dan dua
buah foto hitam putih. Foto bergambar seorang wanita berjilbab lebar dengan
pria bergamis dan bersurban. Foto kedua bergambar wanita berjilbab lebar dengan
pria bersurban dan anak kecil dalam gendongan mereka.
Suleyman menggeleng berkali-kali, menolak untuk percaya.
Nabil Umar adalah keponakannya, putra kakaknya. Suleyman Erbakan tidak bisa
memercayai kenyataan yang dihadapinya. Namun, tidak ada seorang pun yang
menyadari kalau mulai hari inilah sebuah rahasia akan terungkap kelak. Rahasia
yang akan membawa tragedi pahit. Tragedi kelam dua keluarga pada keturunan
mereka. –Hal. 10- (Bagian ini saya yakin akan membuat siapapun penasaran.
Termasuk saya dan adik saya yang sudah tuntas membaca novel. Membuat
bertanya-tanya, “Bagaimana kelanjutannya?”)
Episode 1, dimulai dengan kejadian di Kairo, Oktober
2007. Syifa Nabila sengaja mengunjungi kampus Al-Azhar untuk menemui ayahnya,
Syaikh Ahmad Nabil –seorang ulama sekaligus dosen Al-Azhar yang sibuk dan
terkenal di Mesir. Syifa menyampaikan kembali keinginannya kuliah di Korea.
Syaikh Ahmad dengan lembut meminta waktu untuk membicarakannya dengan istrinya,
ibunya Syifa yang bernama Laila.
Malam harinya di apartemen keluarga Nabil di daerah
Mutsallats terjadi perbincangan suami istri. Laila bersikap keras. Namun, Syifa
meyakinkan ibunya bahwa teman-temannya akan menjaganya. Sebelum pergi ke Korea,
kedua orangtua Syifa mengajukan syarat, Syifa harus peringkat satu pada saat
lulus SMA nanti.
Syarat itu berhasil dilaluinya. Pada Juni, Syifa
dinyatakan lulus dengan peringkat satu di kelasnya. Agustus 2008, Syifa bersama
dua sahabatnya (Farah, dan Abdul Wahab) berangkat kuliah ke Korea. Di Korea,
Syifa tinggal di apartemen sewaan bersama Farah, Sarah Hanifa dari Saudi
Arabia, Jamilah, dan Choi Seung-hee –gadis kelahiran Busan. Mereka kuliah di
SNU (Seoul National University), kampus besar di distrik Gwanak sebagai kampus
utamanya. Mahasiswa yang ingin ke SNU
bisa menempuh jalur bus atau subway.
Selama beberapa minggu, kuliah mereka berjalan dengan
baik. Syifa kuliah di jurusan Hubungan Internasional. Farah di Ilmu Alam, Sarah
di Farmasi, Jamilah dan Seung-hee di jurusan Hukum.
Suatu hari, ketika Syifa hendak memotret Seung-hee,
Rashid Mahmud –mahasiswa tingkat dua se-fakultas dengan Seung-hee menabrak
Syifa. Syifa melabrak Rashid. Tanpa diketahui Syifa, seorang pemuda bernama
Bayu yang pernah dijumpainya sewaktu pemuda itu mengunjungi kakaknya di Kairo,
sedang mengamati konflik antara Syifa, Seung-hee, dan Rashid di sudut lain
Taman Sungai Han.
Bayu Permana, pemuda asal Jakarta ini ingin memberikan
rasa simpatinya, namun dia khawatir Syifa akan tersinggung. Bayu tertarik
kepada Syifa dan bertekad memperkenalkan diri. Akhirnya, Bayu berhasil bertemu
Syifa. Bahkan berkenalan dengan teman sekamarnya sebelum akhirnya Bayu pamit
mengikuti teman-temannya. Syifa bertemu kembali dengan Rashid. Ketika itu
mereka melihat pemandangan yang tidak seharusnya di depan umum. Syifa menegur
Rashid. Rashid mengambil sikap menyerang Syifa. Namun, Bayu menengahi
pertengkaran mereka.
Bayu yang jatuh hati terhadap Syifa, meminta Syifa
menjadi panitia festival budaya. Syifa menolaknya. Bayu tak hilang akal,
meminta Seung-hee sebagai sahabat terdekat Syifa untuk bergabung bersamanya.
Seung-hee yang tertarik menjadi panitia, mengajak Syifa ke festival di Istana
Changdeok. Syifa datang dan tak menyangka akan mengalami trauma saat Rashid
hendak menciumnya. Syifa berteriak, meronta, menghindarkan diri. Tapi, Rashid
tidak peduli. Namun, Bayu berhasil menyelamatkan Syifa, mendorong Rashid kemudian
memukulnya.
Selama sepuluh hari, sejak kejadian pahit di Istana
Changdeok, Syifa terus mengurung dirinya di apartemen. Teman-temannya tidak
berhasil membujuk dan menolongnya. Bahkan Syaikh Hisyam Abdul Malik, Imam
Masjid Raya Taewon, sang penghafal Al-Quran dan hadits, serta guru besar
komunitas muslim di Korea pun mengunjungi Syifa, mengingatkan akan hak
perutnya. Sejak saat itu Syifa memutuskan mengenakan cadar.
Suatu hari Syifa sakit. Bayu bertekad memberikan
perhatian kepada Syifa. Bayu menyatakan perasaannya tentang Syifa kepada Abdul
Wahab, menitipkan bingkisan buah-buahan lengkap dengan pesan dan nama
pengirimnya.
Seminggu
kemudian, Bayu bertemu Syifa di taman kampus yang bernama Jahayeon. Bayu merasa
senang Syifa sudah sehat.
Rashid yang sudah tobat dan menyadari kesalahannya
berjuang untuk mendapatkan maaf dari Syifa. Rashid menjalin persahabatan dengan
Seung-hee. Melakukan berbagai cara untuk mempertemukan Syifa dan Rashid. Sayangnya
selalu belum berhasil.
Liburan musim dingin, Rasid dan teman-teman komunitas
muslimnya berencana mengisi liburan semester dengan piknik sekaligus hiking 3
hari. Seung-hee yang mendengarnya membujuk Rashid mengajaknya, siapa tahu dalam
kesempatan ini Rashid bisa bicara dengan Syifa.
Rashid yang berpikir ulang, menyetujui permintaan
Seung-hee. Rombongan yang terdiri dari 20 orang berangkat ke kawasan hutan
Daegwallyeong. Di kawasan itu tempat
menginap terpisah antara lelaki dan perempuan. Semua menikmati liburan, kecuali
Alia yang pernah menjalin hubungan dengan Rashid.
Di tempat inilah terjadi peristiwa demi peristiwa yang
mendekatkan Syifa dengan Rashid ketika keduanya tersesat di tengah hutan. Pembaca
akan dibawa menikmati keadaan hutan Daegwallyeong, Syifa memakai pakaian
tradisional, dan kisah Nenek Aisyah sebagai penolong di tengah hutan.
Sepulang menikmati liburan, hati Syifa luluh meski masih
bingung dengan perasaannya. Menceritakan isi hatinya kepada Seung-hee. Tentu
saja Seung-hee sangat senang mendengarnya.
Ketika
Bayu kecelakaan, Syifa dan teman-temannya membantu biaya di rumah sakit. Ketika
mereka berada di sana, Rashid pun mengunjungi Bayu. Rashid merasa cemburu
melihat kedekatan Syifa dan Bayu.
Syifa
juga merasakan kecemburuan yang sama tanpa disadarinya. Syifa sering melihat
Seung-hee sangat akrab dengan Rashid. Hingga kedekatan mereka menjadi hari
terburuk bagi persahabatan Syifa dan
Seung-hee.
Dalam
novel ini dilengkapi dengan kisah pencarian Seung-hee tentang keagaamaan di
perpustakaan dan pertemuannya dengan Hamzah, putra Syaikh Hisyam. Kedekatan
Seung-hee dengan Taek-gi. Usaha Bayu untuk terus mendekati Syifa. Usaha Alya
untuk mendapatkan Rashid. Usaha Rashid mencari keterangan Gerakan Pembela
Khalifah dan mencari nama Syaikh Kheyruddin Umar.
Selesai
menuntaskan novel ini saya bingung, sebenarnya siapa yang diceritakan dalam
novel ini karena terlalu banyak tokoh yang seakan semua punya peran penting.
Padahal kalau dibaca seksama, hampir 90% tujuan cerita mengarah tentang Syifa.
Namun, antara prolog, isi cerita yang diuraikan, dan epilog seakan tidak
bersambungan, masih menyisakan cerita yang terasa belum tuntas. Dan ini bukan
hanya pendapat saya. Teman terdekat dan adik yang membaca novel ini memiliki
kesan sama, kesan bahwa novel ini tidak tuntas, juga tidak ada indikasi
kelanjutannya. Bahasa yang digunakan pun rasanya kurang jelas, menyangkut orang
Arab yang berada di Korea. Apakah mereka menggunakan bahasa Arab, Korea, atau
Inggris?
Namun
demikian, cerita dalam novel ini memiliki pesan moral yang elok tentang;
bagaimana memulihkan trauma, perjuangan pasti membuahkan hasil, keharusan untuk
menjaga diri, memegang teguh prinsip keagamaan dan menjaga persahabatan dengan
menjalin komunikasi secara baik.
-
Semoga bermanfaat –
(Resensi Ini Ditulis untuk Mengikuti Lomba Indiva Readers Chalenge 2014)
Assalamualaikum, perkenalkan, saya Rama. Sebagai penulisnya, saya ingin memberikan penjelasan kalau novel saya adalah Trilogi. Insya Allah tahun depan seri keduanya saya masukkan ke penerbit. Terima kasih atas reviewnya ya :)
BalasHapusAssalamu'alaikum.wr.wb.. Saya baru saja selesai membaca Novel milik, Mas.. Hanya sehari, karena saya terus merasa penasaran dengan kelanjutan ceritanya jika saat saya tinggalkan sebentar saja.. Tapi, ketika membaca endingnya, saya bingung, dan langsung meng-googling untuk mencari kejelasan, dan akhirnya saya tahu kalau novel ini Trilogi.. Hebat!
HapusWaalaikum salam warahmatulloh. Afwan baru balas. Semoga lekas beredar dan booming ya seri keduanya, Mas Rama. :)
HapusTerima kasih sudah berkunjung dan membaca reviewnya. :)
Waalaikum salam warahmatullohi wabarakatuh. Wah, ternyata banyak juga yang penasaran selain saya. :)
BalasHapus