Minggu, 31 Agustus 2014

Konsistensi Berbuah Inovasi Tanpa Batas


Syaamil Quran akrab di telinga saya mulai tahun 2009. Pada tahun tersebut, ketua yayasan di tempat saya mengajar, Pak H. Djenal Komaludin menggulirkan program baru. Sebuah program peningkatan kualitas guru-guru dalam hal keagamaan, terutama pendalaman Al-Quran. Beliau menggagas program bernama “Pengajian Kontekstual” setiap Kamis di SLB B Sukapura, Kiaracondong-Bandung. Mulai tahun 2014 ini, pengajian tersebut berubah hari, setiap Selasa pukul 13.00, pada jam siswa pulang sekolah.
            Pada awalnya, pengajian membahas terjemahan Al-Quran per kata. Baik itu cara membacanya, makhorijul hurufnya, artinya, asal kata, dan terjemahan utuh setiap ayat, disertai keterangan asbabun nujul ayat tersebut berdasarkan berbagai referensi tafsir Quran.
            Al-Quran terjemahan Syaamil Quran per kata saat itu menjadi referensi wajib. Setiap guru harus memiliki Al-Quran berukuran lebar dan tinggi yang beda dengan Al-Quran yang biasa kami (guru sukwan/guru sukarelawan/honor) bawa sehari-hari. Kami biasanya membawa Al-Quran segenggaman tangan.  Sedangkan Al-Quran itu lebar dan tingginya melebihi A4. Hingga muncul candaan di antara kami, Al-Quran segede gaban, -bahasa kita (guru tetap yayasan sekarang) untuk menyatakan sesuatu yang teramat besar menurut persepsi kita.
Harga Al-Quran per kata tersebut sekitar Rp200.000,00. Waktu pertama mengaji, Pak Jenal menyatakan harganya Rp150.000,00. Dan seorang teman guru sukwan, bapaknya yang membelikannya entah dari mana, mendapatkan harga lebih murah, Rp125.000. Sebuah pengalaman menarik karena untuk pertama kalinya saya mengetahui adanya Al-Quran per kata, sekaligus mendapat pengetahuan tak bernilai dari pengajian bersama ketua yayasan yang merupakan anggota aktif Majelis Ulama Indonesia di Bandung.
            Sebenarnya, saya sendiri kurang mengikuti perkembangan Al-Quran di dunia penerbitan. Bagi saya, Al-quran pocket, yang berukuran mungil sudah sangat cukup untuk dibawa ke mana-mana. Toh, saya pikir terlalu banyak memiliki Al-Quran tanpa menggunakannya, hanya akan membebani pertanggungjawaban penggunaannya di akhirat kelak.
Namun, pada Juli 2012, saat itu ada sesi promosi sponsor, salah satunya promosi mengenai Syaamil Quran. Dalam kegiatan ulang tahun Komunitas Penulis Bacaan Anak, saya jadi mengetahui banyak hal tentang Syaamil Quran. Bahkan, ketika Mas Ali Muakhir memberikan kuis, dan saya berhasil menjawabnya dengan cepat dan tepat, saya mendapatkan sepaket MyFA, Syaamil Al-Quran for Kids, My First Al-Quran yang berisi 4 buah buku (Mushaf Al-Quran Tajwid for Kids Juz 1-15, Mushaf Al-Quran Tajwid for Kids Juz 16-30, Terjemahan Mushaf Al-Quran for Kids Juz 1-15, dan Terjemahan Mushaf Al-Quran for Kids Juz 16-30.
Alhamdulillah, MyFA ini sangat berperan besar bagi saya sebagai sumber ilmu, referensi dalam menulis cerita anak, dan juga media berinteraksi langsung di kelas dalam kegiatan belajar mengajar di sekolah. Dan hal paling mengesankan ketika kedua keponakan saya mengetahui saya memiliki MyFA. Gian Rizki Pratama yang biasanya mengaji di masjid, ketika membuka tas MyFa, seakan tidak percaya dengan bentuknya yang berbeda dari Al-Quran yang dikenalnya di masjid.
Hal pertama yang ditanyakan Gian adalah, “Memang ada surat Al-Fatihahnya?”
(Gian membaca MyFA)
Saya bersyukur mendengar pertanyaan Gian. Berarti selama ini sudah tertanam dalam isi kepalanya sesuatu yang luar biasa. Bagi saya surat Al-Fatihah yang wajib dibaca dalam setiap rakaat shalat, memang harus dihapal secara baik oleh anak. Berarti selama ini Gian mengikuti apa yang disampaikan gurunya di masjid, meski saat itu Gian masih mengaji Iqra 2 di masjid (berdasarkan keterangan ibunya karena kita tinggal beda rumah, dan cukup jauh).


(Hafiz dan Gian bersama MyFA)
Begitupula dengan adiknya Gian, Hafiz yang ketika itu berusia 2 tahun, sangat menyukai MyFA. Setiap hari Minggu, ketika Gian, Hafiz, dan kedua orangtuanya ke rumaha neneknya, ibunya Gian dan Hafiz sering sekali bercerita tentang Hafiz yang sangat menyukai MyFA. Ke mana-mana dibawa, bahkan sampai tidur pun didekapnya.  Seakan MyFA itu sesuatu yang tidak bisa dipisahkan. Gambar-gambar menarik, membuat Hafiz sering mengulangi pertanyaan yang sama, “Ma, apa ini?”
     Mendengar pertanyaan yang selalu sama, justru ibunya mengajaknya bercerita. Dan perkembangan Hafiz memang meningkat menjadi sangat “cerewet” dengan pengetahuan yang dimilikinya. Padahal dulu ketika lahir, seorang peraji (sesepuh yang pekerjaannya menolong dan membantu orang melahirkan, termasuk proses kelahiran Hafiz)  dan seorang bidan yang membantu kelahiran Hafiz, menyangka anak ini akan mengalami kelainan, seperti autis atau tunagrahita. Katanya, terlihat dari tanda-tanda saat lahir. Dan sekarang, saya sebagai guru di dunia pendidikan luar biasa justru terkagum-kagum melihat perkembangan Hafiz. Semua sangkaan mereka terpatahkan. Hafiz seperti anak umum lainnya yang tumbuh “normal” meski pada awalnya terlambat bicara dan juga terlambat berjalan.
Dalam waktu yang singkat, kover depan MyFA juz 1-15 milik Hafiz itu pun berhasil menjadi bentuk berbeda dari semula. Bagian kover itu terlekelupas dan bergulung-gulung menutupi tulisan pada kover depan. Kalau mau melihat tulisan kover depan utuh, harus dipegangi pinggirannya. Bahkan, seorang tetangga yang memiliki cucu jadi tertarik membeli MyFa untuk diberikan kepada cucunya.
(MyFA yang kovernya sudah terkelupas, tetap menjadi buku kesayangan Hafiz dan Gian)
            Dari pengamatan selama menggunakan Syaamil Al-Quran for Kids: My First Al-Quran, saya bisa menyatakan mengapa MyFa disukai anak-anak dan orang dewasa, diantaranya:
1. Tas bergambar dan bertuliskan cerita, menarik pada pandangan pertama. Awalnya, saya pikir tas ini berfungsi untuk mengajarkan kerapihan dan keapikan agar anak terbiasa merapikan kembali barang pribadi miliknya. Ternyata, ketika mengamati dan berinteraksi langsung dengan Hafiz, tas ini memiliki fungsi lain selain untuk merawat barang pribadi. Saya sempat termenung ketika Hafiz membuka Terjemah Mushaf Al-Quran for Kids Juz 16-30 halaman 488. Hafiz menunjuk gambar seorang anak lelaki berkacamata, memakai seragam sekolah putih merah, dan memegang kaca pembesar. Kemudian Hafiz menunjukkan gambar pada tas yang mirip sambil berkomentar, “Sama.”. Waw, ternyata tas ini multi fungsi juga untuk belajar menyamakan, tentu secara tidak langsung ini melatih beberapa ranah kecerdasan anak.

(Saat Hafiz menyamakan gambar di MyFa dengan ilustrasi di tas)
2. Dua buah Mushaf Al-Quran Tajwid for Kids. Bagi orangtua ini akan memudahkan untuk membimbing bacaan Al-Quran putra-putrinya karena dalam mushaf ini memiliki tanda warna tersendiri pada huruf-huruf hijaiyyah yang berbeda, sesuai tazwid yang disertai seberapa panjang harakatnya. Al-Quran ini nyaman dibaca karena khat Arab atau huruf sambungnya yang rapi, tampilannya lebih besar sehingga lebih terbaca, dan garis bantu antar baris yang memudahkan mengingat baris ke berapa ayat yang sedang dibaca.
3. Hal paling unik dan banyak kelebihannya terdapat dalam Terjemahan Mushaf Al-Quran for Kids yang terbagi dalam dua pembagian juz. Kelebihan-kelebihannya itu antara lain:
a)      Sekarang Aku Tahu. Bagian ini memberikan pengetahuan dilengkapi ilustrasi pendukung yang menarik. Kesesuaian antara materi khazanah pengetahuan keislaman dengan ilustrasi ini dapat meningkatkan kemampuan bercerita anak.
b)      Kosa kata 3 bahasa (Arab, Indonesia, Inggris) di bawah bagian Sekarang Aku Tahu. Hal ini dapat memudahkan anak untuk mengenal dan mempelajari penambahan perbendaharaan kata dalam 3 bahasa.
c)      Tafsir Al-Quran per ayat di bagian bawah, yang salah satu ayatnya  digunakan untuk materi “Sekarang Aku Tahu” sebagai penguat keilmuan anak.
d)       Jejak Rasul. Bagian ini berisi bacaan mengenai perjalanan dakwah Rasulullah saw. Hingga wafatnya, kisah para Nabi dan Rasul dengan bahasa yang mudah dipahami anak, lengkap disertai peta yang merupakan penjelasan materi jejak rasul. Peta ini sederhana, berwarna-warni, dan tulisan nama tempatnya pun terbaca jelas.
e)      Doa. Bagian ini bertuliskan Arab dari doa tertentu lengkap dengan artinya. Bahkan ada yang diberi keterangan sumber doa tesebut, berdasarkan hadis atau Al-Quran. Dengan adanya kolom ini, anak bisa menghafal doa-doa yang berasal dari Al-Quran dan hadis.
f)       Tokoh-Tokoh Islam. Bagian ini sangat bermanfaat bagi anak sebagai sumber pengetahuan untuk lebih mencintai Islam, sekaligus menanamkan pesan moral; bahwa di masa lalu banyak sejarawan dan tokoh muslim berprestasi dalam berbagai bidang. Pada bagian ini berisi tokoh-tokoh Islam, sejarah, nasab, aktivitas dan keilmuan tokoh-tokoh muslim pilihan sejak zaman Rasulullah saw. sampai tokoh Islam modern. Penjelasan bahasanya ringkas, mudah dipahami, dan dilengkapi ilustrasi yang memudahkan untuk mengambil pelajaran dan pengetahuan.
g)      Tempat Bersejarah. Kolom ini berisi pengetahuan yang dapat menambah wawasan anak mengenai tempat-tempat bersejarah Islam di dunia dengan penuturan gaya bahasa yang ringan dan dilengkapi ilustrasi/gambar supaya anak dapat lebih mengenali tempat-tempat bersejarah dalam dunia Islam.
4. E-Pen (Al-Quran digital) berbentuk pena, secara tidak langsung sudah mengenalkan anak tentang kemajuan dunia teknologi dan sekaligus pengembangan Al-Quran. Alat ini dapat membantu anak untuk lebih bisa membaca Al-Quran sesuai makhorijul huruf, tazwid, maupun mengikuti gaya mengaji qori yang terdapat dalam e-Pen. Secara pribadi, e-Pen ini menginspirasi saya menulis novel anak tentang seorang anak yang menyayangi ibunya, dan ingin memberi hadiah untuk ibunya setelah melihat e-Pen di pameran buku.
Berdasarkan uraian di atas, saya sendiri mengorelasikan antara konsistensi penerbit Syaamil yang terus mengembangkan konten-konten, produk-produk islami, dan Syaamil Quran dengan inovasi tanpa batas. Hanya dari satu buku digenggaman anak, selain pengetahuan Al-Quran, anak pun mendapatkan berbagai informasi yang sangat bermanfaat. Apalagi ketika saya menjelajah menggunakan mesin pencari di internet, Syamil yang terkenal dengan Al-Qur’an Miracle the Guidance + e-Pen Gold, sebuah Al-Qur’an yang dibekali teknologi terkini sehingga memudahkan kita untuk membaca dan memahami Al-Qur’an, kini memiliki produk baru bernama Syaamil Note (smartphone android yang didalamnya dilengkapi aplikasi built in islami paling lengkap). Bukankah ini merupakan hasil dari konsistensi hingga membuahkan inovasi tanpa batas? Bukan hal yang mustahil, kelak akan lahir kembali produk-produk islami berteknologi yang lebih canggih dari Syaamil Note.
Mari kita dukung dan majukan dunia islam dengan produk-produk islami berteknologi, agar masyarakat luas lebih mudah memahami Al-Quran dan segala sesuatu yang berkaitan dengan pengetahuan dunia Islam, serta perkembangan dunia masa kini yang sangat dinamis.
Tulisan ini diikutsertakan dalam Parade Ngeblog IKAPI Jabar & Syaamil Quran #PameranBukuBdg2014


Sabtu, 30 Agustus 2014

Penanaman Sadar Membaca


Saya sangat suka membaca buku. Bagi saya membaca buku bagaikan menanam pohon. Hasil dari bacaan dapat menumbuh kembangkan pengetahuan maupun keterampilan. Serta berbuah manis ketika kita dapat mempraktikkan teori atau pelajaran yang tersimpan di dalamnya.
Membaca buku memberikan pengalaman batin, sekaligus mengembangkan daya imajinasi untuk berpikir kreatif. Misalnya saja ketika kita membaca buku panduan membuat kue, lalu mempraktikkannya. Disadari atau tidak disadari, kemampuan kita dalam bidang membuat kue akan makin meningkat. Bahkan timbul berbagai ide membuat beragam kue yang lebih unik dari buku yang kita baca.
(Beberapa jenis buku panduan)
Keakraban dengan buku yang saya rasakan berawal dari penanaman sadar membaca, baik itu berasal dari keluarga maupun ketika saya bersekolah di tingkat Sekolah Dasar (SD). Ketika saya bersekolah di SD, sekolah saya tidak mempunyai perpustakaan. Namun, wali kelas saya saat itu rajin meminjamkan buku secara bergiliran kepada semua siswanya. Penanaman sadar membaca ini didukung sekali oleh kedua orang tua saya di rumah. Dan hal inilah yang menumbuhkan minat membaca. Dan pada akhirnya menghidupkan semangat membaca. Hingga kini, penanaman sadar membaca saya terapkan pada peserta didik di sekolah.
(Penanaman sadar membaca di sekolah.)
Sejatinya, penanaman sadar membaca buku harus dimulai sejak dini. Bahkan, sejak belum mengenal bangku sekolah sekalipun. Tentunya, bacaan anak harus disesuaikan dengan usia, minat, serta kemampuannya. Dan hal ini terkait erat dengan pendidikan dalam lingkungan keluarga serta daya beli buku. Bagi pembaca buku yang saat ini memiliki kocek pas-pasan seperti saya, banyak pertimbangan ketika hendak membeli buku.
Pertimbangan paling utama bagi saya saat ini ketika membeli buku adalah, seberapa berguna buku dapat diaplikasikan untuk saya dan mengembangkan kemampuan peserta didik di sekolah saya. Buku-buku aplikatif menjadi pertimbangan awal, kemudian harga buku, selanjutnya isi buku, dan penulisnya.
Berada dalam lingkungan pendidikan anak-anak luar biasa, membuat saya berpikir secara luas untuk membekali peserta didik di lingkungan tempat saya mengajar dengan kemampuan wiraswasta sejak dini, selain membekali mereka dengan pendidikan agama. Maka, buku panduan keterampilan atau hobi menjadi bidikan pertama agar dapat saya aplikasikan di sekolah sebagai bekal keterampilan bagi mereka.
(Memasak sebagai satu dari sekian bekal keterampilan untuk masa depan anak.)
 Selain buku panduan keterampilan atau hobi, buku-buku yang tak kalah pentingnya yaitu; buku teks berupa buku pelajaran, dan buku nonteks berupa buku pengayaan/buku bacaan (fiksi, nonfiksi, faksi), buku panduan guru, buku referensi, buku kerja (LKS). Kemudian menyusul buku-buku yang saya inginkan secara pribadi, buku-buku keagamaan sampai novel anak hingga dewasa, dan .
Jika saya ditanya, apa sih masalah krusial dalam dunia penerbitan buku di Indonesia? Organisasi yang membawahi penerbitan? Penerbitan itu sendiri atau buku yang diterbitkan? Maka saya akan merujuk pada buku yang terbit Mei 2012, karya Bambang Trim, berjudul: “Apa dan Bagaimana Menerbitkan Buku: Sebuah Pengalaman Bersama Ikapi”, halaman 32. 
... Jika mendasarkan pada terminologi penerbitan, penerbit adalah sebuah profesi yang pekerjaannya mengembangkan dan mengemas naskah (manuskrip) buku yang siap cetak. Keahlian utama para penerbit adalah mengembangkan ide, naskah, hingga kemudian menjadi sebuah buku yang layak baca. Berkaitan dengan hal ini Ikapi sendiri disebut sebagai organisasi profesi, bukan organisasi penerbitan buku.
Berdasarkan keterangan di atas, sekaligus pengalaman pribadi ketika membeli buku, menurut saya masalah krusial dalam dunia penerbitan buku di Indonesia, yaitu penerbitan itu sendiri yang secara tidak langsung tidak dapat dipisahkan dari penerbit, penulis, editorial, dan buku yang diterbitkan.
Suatu kali, saya melihat seorang penulis begitu gencar mempromosikan novel karyanya. Bahkan ada beberapa endorsment dari beberapa pembacanya. Namun, setelah membeli dan membacanya, saya benar-benar kecewa. Novel tersebut telah berhasil merusak mood membaca saya saat itu. Isi novel penulis tersebut menurut saya sangat tidak bagus alias mengecewakan, kaidah kata dan kalimat berantakan, bahkan banyak sekali kesalahan tanda baca. Benar-benar membuat saya merasa sakit mata sekaligus bingung, khawatirnya saya salah baca. :) Hingga membersit dalam benak saya kata “kapok” membeli buku karya penulis tersebut.
Bagi saya secara pribadi, buku yang merusak mood membaca ini sudah mirip pencemaran udara yang bisa mengotori hati untuk segan membeli buku karyanya, maupun buku lain dari penerbit yang menerbitkan novelnya. Meski pada akhirnya, saya tersadar juga, tidak semua buku terbitan dari penerbit tersebut memiliki karakter yang sama.
Bagaimanapun, penanaman sadar membaca yang telah tumbuh dan berkembang kuat dalam kehidupan saya, menyadarkan saya bahwa tidak ada yang sempurna. Buku hasil terbitan manapun, ketika diresensi selalu ada kekurangan meski kekurangannya kecil sekali. Jadi, membaca buku bagi saya harus ditingkatkan, sebagai sarana membekali diri, pengetahuan, dan keterampilan yang sebelumnya tidak dimiliki, dan berasal dari buku-buku yang berkualitas baik.
 
Tulisan ini diikutsertakan dalam Parade Ngeblog IKAPI Jabar & Syaamil Quran #PameranBukuBdg2014


Bersatu Memandirikan Anak Luar Biasa

  Sebelum adanya pandemi COVID-19, setiap hari Selasa, mulai pukul 11.00 WIB hingga selesai, peserta didik SLB B Sukapura kelas tinggi, sebu...