Sabtu, 27 September 2014

Gelap Mata Karena Cinta


Judul                                       : Rahasia hujan
Penulis                                     : Adham T Fusama
Penyunting                              : J. Fisca
Penyelaras Akhir                     : Dedik Priyanto
Penata Letak                           : Indarto Widhi Putranto & J. Fisca
Pendesain Sampul                   : Fahmi Fauzi
Penerbit                                   : Moka Media
Terbit                                       : Cetakan pertama, 2014
ISBN                                       : 979-795-857-4
Tebal buku                              : 272 hlm; 12,7 X 19 cm
Pertemanan Pandu dengan Anggi, teman baru sekaligus teman sebangku pindahan dari Jepang mengawali cerita dalam novel ini. Anggi sebagai teman dekat Pandu yang terkenal cerdas, tertutup, enigmatis, penuh misteri, tidak bisa ditebak, dan terkesan “aneh” bagi teman-temannya di sekolah membuat jalan cerita menjadi semarak.
Alur cerita dalam buku ini sempat membuat kening saya mengerut ketika membaca bagian menjelang akhir. Berawal dari perkenalan Pandu dengan Anggi, kisah romantisme Pandu dan Nadine, persahabatan Pandu dengan Mamet, derasnya permasalahan hidup Pandu, tiba-tiba menjadi sebuah wawancara.
“Ceritakanlah tentang proses interogasi dengan polisi,” pinta Mbak Ratna. – Hal. 257 –
Setelah tuntas melahap isi buku barulah saya ngeuh, alur cerita yang saya kira maju ternyata alur kilas balik yang tuntas dengan ending tertutup dari segi cerita masa lalu. Namun, menyisakan impian manis sebagai harapan dari seseorang yang pernah mengalami trauma.
Karakter pendukung dalam novel ini hidup sesuai perannya. Kehadiran Mamet sebagai tokoh pembantu, sedari awal berhasil membumbui jalan cerita menjadi komedi. Kehadiran Nadine menjadikan cerita cinta yang khas ala remaja. Serta tokoh-tokoh pembantu lain yang tampaknya sudah disiapkan penulis secara matang.
Diksi-diksi dalam novel ini segar-segar, membuat kita mencecap suasana yang sedang terjadi dengan cara berbeda. Contoh dalam paragraf; Aku melangkah untuk menghampirinya. Angin berembus menggelitiki ilalang dan mengirimkan aroma yang menyenangkan. Aroma tanah dan rumput yang segar dengan sedikit aroma hangat seperti harumnya roti yang baru dikeluarkan dari pemanggang. Aroma yang tidak asing lagi. Aroma parfum misterius. (Hal. 149)
Novel tentang cinta seorang remaja putri yang kemudian berakibat gelap mata ini berhasil membuat berdiri bulu roma. Rasanya tak percaya ada remaja yang tega melakukan kegilaan untuk meraih semua keinginannya.
Sesuai dengan promosi yang tampaknya menjadi jargon tersendiri di kover bagian belakang.
-          Sebab demi bersamamu, akan kulakukan segalanya... –
Sepertinya, penulis yang tinggal di Bogor ini memang sengaja menjadikan Kota Hujan sebagai latar cerita. Tentu hal ini akan sangat memudahkannya menuangkan detail tempat dalam tulisan. Didukung kecerdasannya mengaitkan Kota Hujan dengan mitos boneka hujan Teru-teru bozu dari Jepang, lirik-lirik dramatik dalam lagu Teru-teru bozu, dan konflik personal yang membuat cerita makin bernas.
 Satu hal yang saya nikmati betul berupa pesan mengenai pentingnya dukungan keluarga, sahabat, dan orang-orang terdekat untuk membangkitkan kembali semangat hidup yang runtuh kala mendapat musibah.
-          Semoga bermanfaat –
(Resensi Ini Ditulis untuk Mengikuti Lomba Indiva Readers Chalenge 2014)

Kamis, 18 September 2014

Kegigihan Minami Menjadi Manajer Tim Bisbol


Judul   Asli      : Moshi Koko Yakyu No Joshi Ga Drucker No “Management” Wo Yondara
Judul   Terjemahan: Moshidora: Seandainya Manajer Putri Tim Bisbol SMA Membaca Buku Manajemen Karya Drucker
Penulis                                     : Natsumi Iwasaki, 2009
Indonesia translation copyright © 2014 by Mizan
Penerjemah                              : Ellnovianty Nine dan Kanti
Proofreader                             : Emi Kusmiati
Desainer sampul                      : Agung Wulandana
ISBN                                       : 978-602-1637-30-2
Tebal buku                              : 262 hlm.; 20,5 cm.

Minami, siswi kelas 2 SMA Hodo, sama sekali tidak  menyangka akan menjadi manajer tim bisbol. Dia siswi biasa yang tidak terdaftar sebagai anggota ekstrakurikuler manapun. Dengan tim bisbol pun tidak pernah terpikirkan olehnya.
Minami menjadi manajer tim bisbol tepat setelah anggota kelas tiga mengundurkan diri karena kalah di penyisihan tingkat kota pada musim panas. Bisa dikatakan dengan alasan itulah, suasana tim bisbol masa itu begitulah adanya. Mau masuk atau libur sama sekali “bebas”, tidak ada disiplin. Lebih dari tiga per empat anggota tidak hadir atau bolos saat latihan. Meskipun begitu, gadis itu tidak putus asa. Malah, motivasinya meningkat. Yang pertama kali Minami lakukan adalah mengkaji arti kata “Manajer”.
Di toko buku besar, Minami mencoba mencari buku yang menuliskan khusus tentang apa arti manajer atau manajemen. Berdasarkan informasi penjaga toko buku, Minami membeli buku Manajemen, ditulis oleh Peter F Drucker, diterjemahkan oleh Atsuo Ueda, diterbitkan oleh Penerbit Diamond. (Buku ini di Indonesia beredar juga dengan judul Manajemen: Tugas, Tanggung jawab, dan Praktek penerjemah Sitor Situmorang, penerbit LPPM Gramedia. Keterangan dari catatan kaki halaman 18.)
Minami sempat menyesal membeli buku ini karena tidak ada ulasan tentang bisbol. Buku ini tentang “pengelolaan perusahaan” yang tidak berkaitan dengan dunia bisbol. Walaupun begitu, dia mengalihkan suasana hati dan melanjutkan membaca karena kepalang tanggung, buku ini harganya sangat mahal bagi Minami. Begitu mencoba melanjutkan membaca, diluar dugaan buku ini menarik, secara bertahap Minami paham isinya tak hanya mengenai “pengelolaan perusahaan”, diterangkan juga mengenai keseluruhan pengelolaan “organisasi” termasuk perusahaan. Menyadari hal itu, Minami lega.
... Ternyata, buku ini tidaklah sia-sia. (Hal. 18)
Buku ini memberikan pencerahan untuk Minami dalam berbagai hal.
Minami bersahabat dengan Yuuki sejak kecil. Tapi, sampai masuk SMA, Minami tidak pernah tahu kalau Yuuki penggemar bisbol, masuk tim bisbol, dan ingin menjadi manajer tim bisbol. Secara tidak langsung, karena Yuuki yang sedang terbaring di rumah sakitlah Minami menjadi manajer tim bisbol.
Minami sering mengunjungi Yuuki Miyata di rumah sakit. Bahkan, satu hari menjelang pertandingan pertama, Minami menceritakan firasat yang dirasakannya tentang pengumuman pemain-pemain yang akan diturunkan bertanding. Minami merasa tim bisbol akan maju ke Koshien.

Yuuki yang tidak dapat keluar dari rumah sakit membuat Minami terpuruk, dan tetap berusaha ceria untuk menceritakan keadaan tim bisbol sekarang.  
Terdapat percakapan menarik antara Minami dan Yuuki mengenai makna “kemenangan”.
“Bagiku, yang penting bukanlah hasil akhir. Bukan masalah bisa atau tidaknya maju ke turnamen Koshien. Lebih dari itu yang terpenting menurutku adalah prosesnya. Untuk bisa maju ke Koshien, tim bisbol bersatu, menangani tahapan-tahapan itu. Makanya...” (Hal. 210)
Minami yang sudah setahun membaca bolak-balik buku Manajemen Drucker, bahkan membawa ke rumah sakit, dan membacanya pada selembar halaman di hadapan Yuuki, mengemukakan pendapatnya.
“Makanya ... aku tidak bisa mengatakan bahwa hasil tidak lebih penting dibandingkan usaha...” (Hal. 211)
“Menurutku hal ini kurang berintegritas,” ucap Minami.
“Sebagai manajer, aku punya tanggung jawab untuk meningkatkan pencapaian tim bisbol. Membawa tim bisbol maju  ke turnamen Koshien adalah tanggung jawabku.” (Hal. 212)
Turnamen musim panas resmi dibuka, sekaligus awal “legenda SMA Hodo” yang menimbulkan kegemparan dan inovasi pada bisbol SMA. Tim bisbol SMA Hodo sangat kurang pengalaman. Prestasi terbaik hingga kini mencapai “16 besar”, itu pun hanya sekali, sudah lebih dari dua puluh tahun berlalu.
Pak Kachi sebagai pelatih mencetuskan sebuah strategi. Mengarahkan pemain menggiring pertandingan pada kemenangan dengan perbedaan angka yang sangat besar. Rencana itu terdengar seperti lelucon, tetapi Pak kachi sungguh-sungguh. Pak Kachi memberi petunjuk kepada para anggota tim cara bertanding yang mengincar kemenangan called game (pertandingan dihentikan oleh wasit) setiap pertandingan.
SMA Hodo terus memenangi called game pada putaran kedua dan ketiga sehingga melaju hingga putaran keempat. Bersamaan dengan itu jumlah kesalahannya pun menonjol. Sekilas, pertandingan yang mereka perlihatkan tampak serampangan. Tetapi, semua itu hampir tidak diperhatikan siapapun.
Ketika mereka melawan tim bisbol terkuat SMA swasta, penggemar dipenuhi penonton umum, pihak media massa sampai tim sekolah lain. Kemenangan called game diraih SMA Hodo. Menjadi kebanggaan tersendiri bagi mereka.
Saat Minami membuka ponsel dan bermaksud mengetik SMS kepada Yuuki, dia baru sadar ada panggilan masuk dari Yuuki. Dua jam kemudian, Minami sudah berada di rumah sakit. Di ruang rawat inap, Yuuki dalam keadaan klimaks membuat Minami tak percaya. Apalagi ketika Minami harus merelakan Yuuki, Minami mengungkapkan keputusasaannya.
“Yuuki sudah meninggal. Nggak ada artinya lagi berjuang demi dia.” – Hal. 249 -
Pernyataan Minami ini menimbulkan konflik antara Minami dan anggota tim bisbol Hodo.
Masayoshi yang pernah mendengar cerita tentang Minami dari Yuuki, segera menenangkan dan menyadarkan Minami.
            “Soal itu, semua sudah tahu. Minami membenci bisbol, kan? Biarpun begitu, demi Yuuki kamu mau menjadi manajer, kami semua sudah tahu.” – Hal. 252 -
            Karena pertandingan final menunggu, semua bergegas ke stadion. Kecuali Minami yang melarikan diri dan dikejar Ayano.
Meski tanpa Minami, para anggota tim bertarung dengan baik. Namun, kegigihan Ayano berhasil membawa Minami ke stadion dan  mengikuti jalannya pertandingan. Minami bisa menyaksikan langsung perjuangan dan kegigihan tim bisbol yang dimanajerinya berhasil meraih kemenangan. Perasaan Minami campur aduk. Dia sendiri tidak tahu perasaannya apakah senang, sedih, atau bahagia.
Walaupun Minami bermaksud tertawa, entah mengapa dia malah mulai menangis. Begitulah akhirnya, jeritan tangisnya semakin nyaring, dia terus menangis terisak-isak bersama Ayano.[] – Hal. 274.
Novel ini benar-benar menarik meski membacanya harus dalam kondisi tenang dan memerlukan pemahaman luar biasa. Anggota tim bisbol dalam sudut pandang yang jelas, nama-nama Jepang yang belum terlalu akrab di telinga membuat saya terkadang meraba, kok mirip ya nama ini dengan yang tadi, ini tokoh mana, sih?
Tetapi, dari buku ini saya bisa mengetahui sifat seorang manajer, tujuan dan misi sebuah usaha, pelanggan, entrepreneur, marketing, organisasi, sumber daya manusia, dan hal lainnya yang dibaca dan dipraktikkan Minami.
Pesan moral yang begitu dalam, seperti: masalah internal tim bisbol mulai dari anggota yang semaunya dengan alasan yang bisa diterima akal harus dibenahi. Juga pelatih yang harus memperjuangkan dedikasi dan wibawanya, bantuan dari orang lain, kita tidak mungkin hidup sendiri. Perjuangan menjadi seorang ahli, benar-benar harus berasal dari diri sendiri, lingkungan merupakan satu dari sekian faktor pendukung.  Kepercayaan diri bahwa kita mampu melakukan sesuatu, meski itu hal baru sekalipun, kebahagiaan ketika mampu menyelesaikan tugas dengan baik.
Melalui buku ini pula, seseorang dapat  memahami; bagaimana sikap seseorang memberikan pengaruh pada teman sekitarnya, setiap orang memiliki kelebihan masing-masing,  bagaimana berusaha menjadi juru bahasa seorang ahli, memberdayakan kekuatan manusia, membuat pekerjaan produktif, inovasi, peran manajemen, kekalahan sebagai pondasi untuk membangun mental agar terus berlatih hingga benar-benar menjadi juara.
Selain itu, novel ini berisi petunjuk dan pengetahuan asyik karena praktis dalam sebuah cerita panjang. Istilah-istilah permainan bisbol pun menjadi jelas dengan adanya keterangan catatan kaki.

-          Semoga bermanfaat –
(Resensi Ini Ditulis untuk Mengikuti Lomba Indiva Readers Chalenge 2014)

Selasa, 16 September 2014

Rumitnya Kisah Cinta Remaja


Judul                                       : Selamat Tinggal, Ca...
Penulis                                     : Onet Adhitia Rizlan
Editor                                      : eM eS el-Jawi
Rancang Sampul                     : Anto
Tata Letak                               : Putsway
Penerbit                                   : Leutika
Terbit                                       : 2010
ISBN                                       : 978-602-8597-26-5
Tebal buku                              : 128 hlm.; 13 X 19 cm.

Bono dan Bawon bersahabat. Mereka sering saling mengunjungi rumah sahabatnya, selain jalan bareng. Bono tertarik dengan Sarah, adiknya Bawon. Ragu-ragu, Bono menyatakan perasaannya. Ternyata, Sarah yang masih berusia 15 tahun itupun menyukai Bono. Mereka berdua pun jadian.
Sebagai sahabat, Bono iba melihat Bawon yang belum punya pacar. Bono menjodohkan Bawon dengan Mediana, adik angkat Bawon yang secara tidak langsung ditolongnya untuk membantu biaya sekolah karena ayah Mediana meninggal.
Bono berhasil menyatukan Mediana dengan Bawon. Meski awalnya, banyak sekali persyaratan dari Mediana.
Masalah muncul ketika ibunya Bono menjodohkan Bono dengan Mediana. Bono kebingungan menentukan sikap, bagaimana seharusnya mengambil keputusan? Bono menceritakannya kepada Bawon. Sebagai sahabat, Bawon meminta Bono meninggalkan Sarah karena menganggap adiknya itu masih terlalu kecil. Namun, Bono masih mempertahankannya.
Ibunya Sarah yang melihat keakraban putrinya dengan Bono menelepon ibunya Bono. Hasilnya, ibunya Bono meminta Bono bertunangan dengan Sarah. Hati Bono girang.
Menjelang pernikahan ibunya Bono yang telah bercerai, dan akan menikah dengan seorang lelaki yang pernah dijodohkan beberapa puluh tahun lalu, Mediana tinggal di rumah Bono. Begitu selesai pernikahan, Mediana kembali ke rumah orang tua kandungnya. Bono menulis status FB yang sangat singkat, selamat tinggal...
Sarah yang membaca status itu salah sangka. Akhirnya, mereka putus.
Ketika Bono ke rumah Mediana, Bono melihat Bawon berwajah gembira. Ternyata, Bawon dan Mediana jadian sungguhan.
 Secara keseluruhan, cerita dalam novel ini asyik, mengalir, meski sudut pandang cerita karakter Bono sebagai tokoh aku jadinya terkesan abu-abu, seakan-akan orang yang ingin tampil hebat, bahkan harus sempurna. Namun, bagaimanapun alur yang berliku, konflik yang beragam, setting yang membuat orang tahu akan tempat yang sedang terjadi, memberikan nilai lebih untuk novel ini.
-          Semoga bermanfaat –
(Resensi Ini Ditulis untuk Mengikuti Lomba Indiva Readers Chalenge 2014)

Kamis, 11 September 2014

Pentingnya Komunikasi Dalam Setiap Hubungan


Judul                                       : Meski Cinta Saja Tak Pernah Cukup
Penulis                                     : Deasylawaty P.
Penyunting Bahasa                 : Mastris Radyamas
Penata Letak                           : Puji Lestari
Penata Sampul                        : Andhi Rasydan
Penerbit                                   : Indiva Media Kreasi
Terbit                                       : Cetakan Pertama, Jumadil ‘Ula 1435 H./Maret 2014
ISBN                                       : 978-602-1614-07-5
Tebal buku                              : 368 hlm.; 20 cm.
                                    
            Perpisahan saudara kandung “secara paksa”, meski oleh keadaan sekalipun, seringkali mendatangkan dampak buruk. Kenangan pahit yang dialami Syahdan dan Naila di Lapangan Gasibu ketika mereka hendak berebut makanan buku puasa dengan orang-orang pinggiran lainnya. (Bagian ini menjadi prolog yang apik dan membuat penasaran).
            Dua puluh tahun kemudian, Silmi Paramitha yang ditakdirkan hidup bahagia dengan orangtuanya di Rembang, sedang bahagia pula menjalani proses ta’aruf, yang biodatanya telah disetujui kedua orangtuanya. Sebuah biodata lengkap dengan selembar foto dengan senyumnya yang surya, karena dengan ajaibnya Silmi terpana oleh kehangatannya. Bahkan sejak pertama kali ia bertemu di gedung Tiara dengan lelaki itu. Mas Daniar, panggilan Silmi untuknya.
            Di sela-sela prosesnya dengan Mas Daniar yang sudah hampir satu setengah bulan, Silmi, Delia, dan Yunan mendapat tugas studi banding dengan salah satu penerbit di Bandung. Mereka menggunakan kereta api. Di tengah perjalanan, Dell tiba-tiba mengeluh pusing dan mengeluarkan kembali isi sarapannya. Silmi terpancing ikut muntah. Yunan yang mau menolong pun hampir ikut-ikutan muntah. Saat itulah tampil kesatria yang duduk di sebelah Yunan bernama Rifki, tanpa merasa jijik membereskan “pekerjaan” Yunan.
            Silmi mencurigai Rifki karena sering melempar matanya yang sayu ke arahnya. Sesampainya mereka di Gedung Sate, Rifki tersenyum samar, memandang dengan sendu ke arah Gedung Sate. Silmi merasakan sesuatu yang tidak beres. Rifki menceritakan sesuatu yang sangat menyakitkan. Saat itu juga Silmi merasakan ada sesuatu yang mendera berhubungan dengan tempat ini.
Sebenarnya, ada apa ini? Apa yang terjadi padaku, yang berhubungan dengan tempat ini? –Halaman 55-
            Suatu waktu, ketika Silmi asyik mengobrol dengan Aida, salah satu penulis Tazkia, Silmi menerima telepon dari pamannya yang bernama Pak Rauf. Telepon  yang membuatnya muram karena mengabarkan ayahnya kena serangan jantung. Dan sudah dibawa ke rumah sakit di Kudus. Silmi bergegas pulang ke Rembang.
            Pak Rauf, pamannya Silmi datang dari Bandung ke Solo untuk menemui Daniar. Menantangnya segera menikahi Silmi dalam waktu satu atau dua hari, karena kondisi bapaknya Silmi makin parah.
            Daniar mencurahkan semua isi hatinya kepada Yunan. Yunan yang sebenarnya bingung pada perasaan sendiri sedari awal sebelum mengenalkan Daniar dengan Silmi, berandai-andai dapat memutarbalikkan waktu.
            Dua hari setelah pertemuan Pak Rauf dan Daniar, Pak Rauf menjemput Daniar di kantornya –Epsilon untuk melangsungkan akad nikah. Di tengah perjalan, Pak Rauf menghentikan mobil, menceritakan rahasia masa lalu Silmi.
Pak Rauf  yang dulunya bertugas sebagai polisi, bertugas di Dago, Bandung, menemukan Silmi saat masih kecil. Waktu itu sedang ada pembagian buka gratis di depan Gedung Sate, sumbangan dari Walikota Bandung. Silmi sendirian, berumur sekitar 5 atau 6 tahun. Karena tak tega, Pak Rauf membawa Silmi ke klinik kepolisian. Merawat Silmi hingga beberapa hari dan tidak ada kabar apa pun tentang orangtuanya.
Pak Rauf menceritakan tentang Silmi kepada Mbak Zul, kakaknya. Kakaknya itu jatuh kasihan dan meminta izin membawa Silmi ke Rembang. Dia dan suaminya memutuskan mengadopsinya dan menamai Silmi Paramitha.
            Saat itu juga Daniar mengenali Silmi sebagai adiknya da menolak menikahi Silmi. Terjadi keributan di rumah Silmi sebagai tempat seharusnya akad nikah. Daniar tetap diminta menikahi Silmi oleh keluarga Silmi. Namun, Daniar bersikeras menolak. Semuanya bingung dan tidak menginginkan gagalnya pernikahan Silmi karena khawatir keadaan ayah Silmi makin gawat.
            Yunan yang saat itu mendampingi Daniar, mengajukan diri menikahi Silmi. Meski dalam kondisi bingung, Silmi meminta Yunan shalat istikharah. Silmi dan Yunan shalat istikharah sebelum memutuskan akad nikah. Mereka resmi menikah dengan beberapa syarat yang diajukan Silmi.
            Dihari kedua Silmi menjadi istri Yunan, rekan kerjanya sendiri, yang tidak pernah disangkanya sama sekali, tidak ada seorang pun di kantor yang mengetahuinya. Silmi ingin sekali memungkiri kenyataan sudah menikah dengan Yunan Izzudin.
            Sebagai pengalihannya, sekaligus ingin mengenal lebih dekat dengan saudara kandungnya, Silmi justru lebih sering menemui Daniar dan menghindari Yunan. Membuat Yunan cemburu berat hingga melakukan kesalahan-kesalahan yang diluar masuk akal. Bahkan, menjatuhkan talaknya. Membuat Silmi pulang ke Rembang.
            Cerita dalam novel ini unik dengan karakteristik tersendiri. Pesan tersembunyi yang begitu apik, dalam setiap hubungan harus ada komunikasi dengan siapapun, termasuk rekan kerja.
Meski awalnya saya bingung dengan perpindahan dari sudut pandang penulis sebagai “aku” yaitu Silmi, tiba-tiba menjadi sudut pandang serba tahu layaknya dalang yang sedang memainkan wayang, semua harus tampil. Namun bagaimanapun, kematangan dan kelihaian penulis menuangkan ide dalam cerita utuh menjadi keunikan tersendiri yang membuat novel ini sangat hidup.
Isi novel ini juga dilengkapi dengan cerita tentang Fira menjebak Daniar agar mau menikah dengannya. Keinginan-keinginan Yunan menjadi suami sesungguhnya. Perjuangan Silmi untuk lebih mengenal Yunan. Dan pastinya pesan yang kuat begitu dalam tertuang dalam novel ini, bukan hanya habluminannas, namun habluminallah juga, misalnya dengan shalat istikharah ketika kita menentukan pilihan.
-          Semoga bermanfaat –
(Resensi Ini Ditulis untuk Mengikuti Lomba Indiva Readers Chalenge 2014)

Bersatu Memandirikan Anak Luar Biasa

  Sebelum adanya pandemi COVID-19, setiap hari Selasa, mulai pukul 11.00 WIB hingga selesai, peserta didik SLB B Sukapura kelas tinggi, sebu...