Minggu, 21 Juni 2015

Cara Mudah Menulis Berita Ala Pepih Nugrah



Masih ada yang suka kesulitan atau memiliki hambatan ketika hendak menulis?Saya sering mengalaminya meski sebenarnya sudah sering terjun dalam dunia menulis. Alhamdulillah termotivasi sekali ketika bertemu Kang Pepih dan mendapatkan ilmunya.
Intinya menulis itu mudah. Misalnya saja menulis opini. Tulisan satu ini berawal dari apa yang kita pikirkan dengan melihat fakta. Intinya satu, menulis.
Hal terpentingnya, semua ketakutan saya tidak beralasan. Hal ini saya sadari dari pertanyaan peserta lain ketika sesi tanya jawab. Padahal saya tidak mengungkapkan secara langsung kekhawatiran-kekhawatiran saya tersebut.
Oh ternyata, bukan hanya saya saja yang memiliki kekhawatiran yang dianggap Kang Pepih kurang beralasan. Intinya, menulis ya menulis saja. Jika kelak ada yang komentar pedas, anggap saja latihan mental.
Seketika itu saya sadar.  Saat kita membagikan tulisan kepada orang lain, maka akan mendapatkan timbal balik. Entah itu komentar positif maupun negatif. Tapi dari komentar itulah, kekuatan mental makin terlatih serta tulisan pun ikut terasah makin bagus.
Menulis itu never ending latihan.
Sebelumnya tidak pernah terbayangkan akan mendapatkan ilmu mengenai pendekatan dalam menulis berita. Ilmu itu langsung saya dapat dari Mahaguru, pendiri Kompasiana. Bahkan ilmu berupa pengalaman Kang Pepih selama malang melintang dalam dunia kepenulisan ini belum dibukukan. Tapi sudah dibagikan kepada Kompasianer di Bandung. Keren banget penuh rasa syukur bisa datang dan mendapatkan ilmu berharga.
Pendekatan dalam menulis berita ala Kang Pepih sangat mudah dipahami dan juga dipraktikkan. Misalkan kita memotret satu objek, kita bisa memotret dari atas maka akan mendapatkan gambar kepala. Memotret dari samping, tentu akan mendapatkan gambar wajah atau hidung.
Meski sebenarnya pendekatan menulis ada banyak, namun Kang Pepih membatasi dan menjelaskan secara gamblang mengenai 5 pendekatan dalam menulis berita. Bahkan uniknya, kelima pendekatan ini tidak harus untuk menulis berita saja. Mau menulis catatan harian, laporan, fiksi, atau apapun jenisnya, pendekatan ini tetap dapat dipakai dari sisi kepenulisan.

(Pepih Nugraha sedang menjelaskan 5 pendekatan menulis berita)
Lima pendekatan dalam menulis  berita menurut Pepih Nugraha:
  1. Faktual
Menulis faktual hanya fakta-fakta yang kita ceritakan. Tentu hal ini mudah karena di mana pun kita akan menemukan fakta. Keunikannya, fakta yang dialami setiap orang pasti akan berbeda-beda hingga menjadi tulisan beragam dan berisi informasi berbeda.
Ketika kita menulis fakta tentu berdasarkan apa yang kita saksikan atau bisa juga wawancara.
Karena ada peristiwa maka tulisan muncul berdasarkan kenyataan yang terjadi. Misalnya berita mengenai Pesawat Malaysia Airlines #MH17 jatuh di Ukraina yang dimuat di KOMPAS.COM.
Berita tersebut memuat fakta pesawat Malaysia jatuh di Ukraina. Fakta kecelakaan. Secara sederhananya seperti itu sebagai acuan menulis berita paling pertama. Orang kalau tidak ada fakta tidak akan tahu.
Apa yang kita lihat, alami, atau bertanya kepada saksi mata di tempat berita merupakan tulisan faktual. Bisa saja tulisan itu dikutip dari kantor berita.
Catatan harian merupakan satu cara efektif untuk belajar merekam fakta. Dalam cerita kehidupan sangat banyak fakta yang bisa dijadikan tulisan. Bahkan bisa jadi suatu saat ketika tulisan itu kita baca lagi, kita terbawa hanyut dalam kenangan cerita tulisan, padahal kejadiannya sudah lama terlewati. 
  1. Praktikal
Hal-hal praktis. Misalnya peristiwanya sama kecelakaan. Yang tadi sifanya factual, kemudian digabungkan dengan pendapat kita atau sumber lain mengenai hal yang boleh dan tidak boleh dilakukan. Tulisan praktikal berisi mengajak pembaca.
Contoh: fakta di sekitar lampu lalu lintas Dago sering terjadi penodongan pada saat lampu merah menyala. Diberitakan seorang ibu korban penodongan.
Tuliskan, hati hati ya, atau ibu-ibu harus hati hati pada saat di traffic light Dago. Bagusnya pelan pelan dulu mengendarai kendaraannya menjelang lampu merah. Atau memberikan saran, lebih baik lewat jalan lain atau jam lain, atau jangan melewati jalan itu pada jam-jam tertentu.
Tulisan praktikal memberi pedoman, pemahaman, serta pengetahuan untuk melakukan atau tidak melakukan sesuatu. Dan tulisan yang baik tentu akan mengarahkan pada hal-hal yang baik.
  1. Intelektual
Tulisan intelektual memberikan pengetahuan kepada pembaca dari apa yang kita tahu dan belum tahu. Kalau belum tahu informasinya, maka cari tahu kalau belum tahu.
Jangan sampai niat kita memberi tahu kepada orang lain terhambat karena alasan tidak tahu bagaimana memberi tahunya.
Tulisan ini memberikan pemahaman untuk jawaban mengapa suatu peristiwa terjadi. Hingga pembaca dapat mengambil intisari tulisan dan menemukan jawabannya.
Tugas penulis memberitahukan pembacanya, “ini loh berita dan isinya.
Misalnya kasus penembakan suatu rudal yang menghancurkan ratusan orang. Ternyata mereka menembak ada motivasi untuk menjual rudal, bukan sekedar membuat suasana dunia menjadi panas.
Bisa juga tulisan intelektual ini memberikan pemahaman kepada pembaca, memberikan opini, atau bagaimana mengatasi kemacetan kepada pembaca.
Misalnya; pengetahuaan macet. Di Bandung mobil bertambah sedangkan jalan tidak tambah. Mobil di Bandung kebanyakan berplat B, asal Jakarta. Kira-kira banyak mobil di Bandung ini merugikan atau menguntungkan?
Berikan pemahaman mengenai hal tersebut. Bisa dari kita melalui  pengalaman langsung, narasumber, membaca buku atau berita.
  1. Emosional
Penulis paling banyak menggunakan pendekatan emosional. Fiksi dari cerita pendek sampai novel itu pendekatan emosional.
Tulisan berjenis emosional ini paling banyak dibaca orang. Pendekatan emosional bisa menuliskan tentang orang lain.
Misalnya saja tulisan mengenai seorang Bapak menggendong anaknya memakai gerobak, padahal anaknya sudah meninggal. Bapak tersebut ingin menguburkan anaknya tetapi tidak punya biaya. Dia bingung mau menguburkan di mana. Naik kereta api di tolak karena tidak boleh bawa mayat.
Peristiwa tersebut mengajak pembaca memahami pengalaman emosional orang lain. Dan pembaca pun mengalami emosi (kesedihan) yang sama dengan penulis atau Bapak yang menggendong anaknya memakai gerobak. Hingga hati siapa pun tergerak untuk membantu.
  1. Spiritual
Pendekatan menulis berita spiritual merupakan sebuah pendekatan yang mengajak orang lain jangan sampai lemah, untuk membangkitkan semangat bergerak, tidak boleh terpuruk walaupun dalam kesedihan.
Kita bisa belajar dari lilin. Di tempat terang, cahayanya tidak seberapa menerangi. Tapi ketika di bawa ke dalam gua gelap gulita, daya terangnya bisa menerangi gua yang gelap.
Setelah membaca perbandingan dari lilin dan kisah yang berhubungan dengan lilin tersebut, diharapkan dapat meningkatkan gairah orang-orang yang membaca.
Contoh lain; perbandingan bintang-bintang di langit yang menyimpan keindahan. Pada saat gelap gulita kerlipnya memunculkan keindahan, meskipun tidak menerangi bumi. Tapi cahaya yang diterbitkannnya mampu menerangi jiwa yang sedang gelap. Pasti pesannya sampe.
Tulisan spiritual ini mengungkapkan hal-hal berisi semangat jiwa, hingga pesannya sampai kepada pembaca.
Untuk dapat menulis tulisan spritiual, tentu jiwa kita dulu yang harus diasah. Dekat dengan SangPencipta, kitabNya, rajin beribadah, dan membaca buku dan segala macam.
Tulisan seperti ini harus bisa melihat sisi baik dari kejadian yang ada. Bukan hanya mengungkapkan sisi buruknya saja.
Contoh sederhana di lingkungan sehari-hari. Orang sering menghujat air karena menyebabkan banjir. Tapi di belahan duni lain ada orang yang sangat mendambakan air. Atau bisa juga kita berkeluh kesah karena matahari terlalu terik. Sementara di Eropa, sebagian besar penduduknya mendambakan matahari. Hingga saat summer, orang Eropa sengaja ke luar untuk berjemur.
Intinya, ketika menuliskan tulisan spiritual, kita harus bisa mengosongkan hati dari segala keburukan dan baru mengisinya dengan hal-hal kebaikan. Jangan sampai ketika menulis menggunakan pendekatan spiritual hati kita iri atau dengki. Karena tidak mungkin kebaikan dicampur dengan keburukan. Kemungkinan nanti campur aduk isinya hingga tulisan tidak akan bagus.
Maka, menulis menggunakan pendekatan spiritual harus bisa menjaga keseimbangan hati, jangan menghukum tetapi lebih memberikan solusi atau pemecahan masalah untuk membangkitkan gairah kehidupan orang lain.
Demikianlah 5 pendekatan menulis berita dari Kang Pepih Nugraha. Dari 5 pendekatan ini, masih ada beberapa hal yang Kang Pepih sampaikan dan menjadi catatan tersendiri bagi saya. Selain itu saya jadi terinspirasi untuk menuliskan tulisan lainnya mengenai pengalaman dalam dunia kepenulisan. Tapi, mungkin dalam postingan lainnya.
Intinya, menulis itu mudah. Jangan pernah takut untuk menulis karena menulis itu proses latihan berkesinambungan. Terusah menulis untuk memberikan manfaat sekecil apapun kepada orang lain melalui media tulisan. Bahkan, melalui media tulisan, kemampuan kita terus berkembang, kekuatan mental makin kokoh karena sudah terbiasa mendapatkan kritikan dan juga berbagai masukan dari penulis lainnya. 
*Semoga bermanfaat*

Kamis, 18 Juni 2015

Lembaran yang Menyatukan


Mama tampak bingung, berulang kali membuka lembaran buku resep masakan di tangannya. Setahuku, Mama jago masak. Jadi, terasa janggal jika melihat Mama terdiam berlama-lama di depan buku resep masakan yang sudah hapal betul cara memasaknya. Apalagi, buku itu resep makanan kue kering.
 “Mau bikin kue baru, Ma?” tanya saya, memulai pembicaraan agar Mama bisa lebih terbuka.
“Minggu ini ada pengajian di rumah, Mama bingung mau menyuguhkan apa?”
Jawaban Mama membuat saya tersenyum. Di sekitar tempat tinggal saya, ibu-ibunya memang sangat aktif. Apabila ada pengajian, tentu ingin menyuguhkan sesuatu yang menarik dan juga terasa enak dilidah.
Lebih unik lagi,  kebiasaan berkeliling, bergantian mengirimkan bantuan untuk suguhan kudapan selesai pengajian. Minggu ini bukan pertama kalinya pengajian di rumah. Berdasarkan pengalaman, beberapa jam sebelum pengajian, teman-teman Mama pasti mengirimkan cemilan untuk menjadi suguhan di pengajian. Saya sampai hapal jenis makanan yang mereka kirimkan ke rumah.
Saya dapat memaklumi kegelisahan Mama. Pasti Mama ingin menampilkan sesuatu yang berbeda dari cemilan yang sudah ada. Selama ini, cemilan pengajian tak jauh dari brownies sampai aneka rasa dan bentuk, lapis legit, macam-macam rasa bolu, dan aneka kue yang mudah dibeli di pasaran.
“Ya sudah, nanti saya bantu mikir di sekolah. Sekarang saya pamit dulu ya, Ma. Khawatir telat nanti malah urusannya makin tambah selain urusan mikiran bantu Mama mau bikin kue apaan,” canda saya sebelum berangkat ke sekolah.
Di sekolah, seperti biasa saya berinteraksi dengan anak-anak. Begitu seorang siswa membuka bekal dalam tempat makannya, tampaklah lembaran keju kraft singles. Siswa tersebut menawari saya dengan santun menggunakan isyarat.
“Tidak, terima kasih. Untuk kamu saja ya supaya kenyang dan tambah sehat,” kata saya menggunakan bahasa ujar dan juga bahasa isyarat khusus tunarungu (mereka yang memiliki hambatan pendengaran) di tempat saya mengajar.
Mendadak saya teringat cerita orangtua siswa ini. “Dulu anak saya ini sering marah-marah, malas ke sekolah, katanya. Tapi semenjak tahu kesukaannya lembaran keju kraft singles, kalau dia mengatakan malas sekolah, saya bujuk dengan memberikan beberapa lembar keju kraft singles, lumayan sangat membantu. Anak saya jadi mau berangkat ke sekolah.”
Menuntaskan kepenasaran, saya pun bertanya lebih lanjut. “Kenapa memilih memberikan keju kraft singles? Apa kelebihannya?”
Jawaban Ibu siswa tersebut cukup mengejutkan. “Saya sih tahunya putra saya suka. Itu saja. Gara-gara iklan di televisi, terus pas ke supermarket, dia milih sendiri keju kraft singles. Tapi, lama kelamaan saya juga penasaran dan mencari informasi. Syukurlah, ternyata keju kraft singles ini sangat bergizi untuk membantu pertumbuhan anak saya.”
Saat itu saya keheranan karena belum terlalu akrab dengan makanan bernama keju, “Oya?”
            “Iya, Bu,” orangtua murid saya antusias menjelaskan makanan yang disukai putranya itu. “Keju kraft singles itu bisa dibuat untuk cemilan secara langsung. Bisa juga dibuat jadi pengisi roti. Tidak disimpan di lemari es juga tidak masalah kalau belum dibuka. Kandungan vitamin D dan kalsiumnya membuat saya merasa senang. Tentu akan membantu pembentukan tulang dan mempertahankan kepadatan tulang dan gigi putra saya.”
            Saya cukup takjub dengan lembaran keju yang makin mempererat ikatan Ibu dan Putranya. Timbul keinginan untuk membantu Mama, membuat cemilan pengajian nanti supaya bahan makanannya dari keju.
            Tapi, makanan apa?
            Begitu melihat siswa lain menyodorkan makanan pisang aroma cokelat kepada temannya, saya seakan mendapat banyak ide. Pasti enak sekali kalau membuat pisang aroma cokelat keju.
            Ya, pada hari H pengajian ibu-ibu di rumah, saya bahagia bisa sibuk membantu Mama. Mulai dari membeli kulit lumpia siap pakai di pasar, pisang barangan, keju kraft cheddar, cokelat beras, telur, minyak goreng, sampai menggorengnya pun saya lakukan sendiri.
            Hasilnya sangat memuaskan. Begitu pengajian usai, teman-teman Mama benar-benar menikmati pisang aroma cokelat keju buatan saya. Apalagi, beberapa orang diantara mereka sampai membawa pulang ke rumah. Menjadikannya oleh-oleh pulang pengajian. Hihi
            Saya sempat tersenyum sendiri ketika menyaksikan semua itu. Membuat pisang aroma cokelat keju sangatlah mudah, hasilnya pun memuaskan. Hanya dengan mengupas kulit pisang barangan, kemudian membelahnya secara membujur menjadi 4 bagian. Sedangkan keju cheddarnya dipotong dengan ukuran memanjang sekitar 12X½ X ½ cm, dan telur dikocok hingga lepas.
            Satu per empat bagian pisang diletakkan di atas selembar kulit lumpia bersama potongan keju dan taburan cokelat beras. Kemudian tutup, gulung kulit lumpia hingga terbungkus rapat, olesi dengan telur diujung kulit lumpia sebagai perekat. Goreng dalam minyak panas yang banyak hingga kulit lumpia berwarna kuning kecokelatan dan kering. Angkat, tiriskan, dan sajikan.
Oya, saya sempat salah kira menggunakan keju kraft singles untuk bahan membuat isian pisang aroma cokelat keju. Ternyata, begitu di pasar, di tempat khusus menjual bahan kue, saya baru tahu kalau membuat sesuatu harus tepat. Begitu pun membuat pisang aroma cokelat keju isiannya keju kraft cheddar.  
Keju kraft cheddar ini keju yang cocok untuk beragam masakan. Tidak perlu disimpan di lemari es selama belum dibuka. Kandungan vitamin dan kalsiumnya sama seperti keju kraft singles. Rasa dan aromanya itu lho, benar-benar khas keju, gurih, teksturnya halus, warnanya kuning lembut, begitu dimakan tidak menempel di area mulut.
Hmmm, yummi... nyam... nyam...

Senin, 08 Juni 2015

Kekayaan dan Kematian Bahasa Secara Alami


Beberapa hari lalu, saya mendapatkan kesempatan untuk belajar mengenai puisi kepada ahlinya. Wiw, senang banget pastinya.
Pada saat pembukaan acara yang bertempat di satu ruangan di Museum Sri Baduga, Bandung, tersebut, hal yang membuat saya merinding adalah pembahasan tentang kekayaan dan kematian bahasa secara alami.
Dan begitu mudah sekali saya mencernanya dalam kehidupan nyata sehari-hari. Misalnya saja ketika berada di lingkungan anak remaja, tampaknya menggunakan bahasa gaul atau campur-campur Indonesia-English, atau menggunakan bahasa luar terasa lebih eksis bagi mereka. Padahal sebenarnya jika mereka menyadari betapa pentingnya menggunakan bahasa Indonesia dengan benar serta baik, tentu bahasa Indonesia tidak akan tenggelam di negerinya sendiri. Kekayaan bahasa Indonesia akan tetap terjaga secara alami. 
Kematian bahasa secara alami dapat diakibatkan karena bahasa tersebut tidak berfungsi lagi. Lebih parah lagi apabila bahasa di masyarakat ini tidak terdokumentasi dengan baik. Maka, kepedulian pemerintah pun tentu sangat diharapkan apabila bahasa di negerinya ingin tetap bertahan. 
Bahkan, berdasarkan informasi dari Kang Soni Farid Maulana, redaktur harian umum Pikiran Rakyat, diam-diam kekayaan sastra Indonesia, seperti sastra Melayu hampir semua terdokumentasikan di Malaysia. Mereka punya satu rencana membuat museum Naskah Nusantara. Suatu forum nusantara melayu raya yang mengumpulkan data kekayaan naskah melayu di berbagai negara, termasuk Perancis dan Rusia. Mereka sangat memperhatikan pelajaran melayu. Bahkan, kebutuhan bahasa disuplai sebagus mungkin.
Sayangnya, pemerintah kita kurang perhatian terhadap itu. Bisa jadi Indoneia Melayu akan menjadi Bahasa Asia Tenggara.
Hal ini tentu memerlukan perhatian khusus dari berbagai pihak. Lihat di sekolah-sekolah, seberapa banyak mereka mengetahui Amir Hamzah? Apakah mereka mengetahui dari guru? Tapi seberapa banyak karyanya diketahui?
Memperdalam karya Indonesia merupakan salah satu dari sekian alternatif. Apabila ditanya lebih jauh, apakah mereka mengenal Asrul Sani sebagai penullis puisi? Mungkin mereka tidak tahu, termasuk gurunya. Hal ini merupakan tragedi sastra Indonesia.
Jika dibiarkan terus menerus bukan tidak mungkin kekayaan bahasa akan menuju kepada kehancuran, bahkan kematian bahasa itu sendiri secara alami.
Semoga bermanfaat.

Belajar Hingga Bisa


eorang teman, menawarkan pelatihan menulis dongeng kepada saya. Sayangnya, kondisi saya sedang disibukkan beberapa kegiatan sekolah sehingga saya tidak dapat mengikutinya.
Saya pun bertanya kepadanya,”Memangnya kamu sudah ikutan?”
“Kata seorang penulis senior, belajar itu jangan mentah. Tapi, harus sampai matang?” ungkapnya.
“Lho?”
“Iya, aku, kan habis ikut pelatihan menulis cerpen anak, jadi aku mau sampai berhasil dulu.”
Well, ungkapannya benar. Secara tidak langsung,kita memang harus mempelajari segala sesuatu hingga matang. Maksudnya, hingga berhasil. Tetapi, ada juga mungkin orang seperti saya yang pada awalnya belajar bukan untuk bisa,tetapi untuk mengetahui ilmunya. Dengan pemiikiran bahwa kelak ilmu itu akan terpakai pada suatu waktu, meskipun saat itu saya belum menguasai ilmu yang sedang dipelajari.
Mudahnya, dulu saya sama sekali tidak pernah terpikir akan memasuki dunia kepenulisan. Waktu SD, SMP, hingga SMK Kimia, nilai Bahasa Indonesia saya kurang bagus. Setiap kali ujian, pasti saya merasa panik karena bingung harus menjawab apa. Saya lebih tertarik dengan matematika atau Ilmu Pengetahuan Alam.
Namun kenyataannya, kini saya berada di dunia yang tak pernah terbayangkan sebelumnya. Dunia pendidikan dan dunia kepenulisan. Dua-duanya membuat saya tercengang. Saya menikmati ketika berinteraksi dengan anak-anak. Dan sekarang saya menikmati betul dunia kata, walaupun pada awalnya kepala saya terasa pening.
Intinya, saat dulu sekolah saya belajar masih dalam keadaan mentah. Seiring perjalanan waktu, pengetahuan, dan juga kondisi lingkungan, semua ilmu di masa lalu dalam pelajaran Bahasa Indonesia terpakai bahkan terasa makin bertambah.
Jika dahulu saya kurang peduli terhadap semua pelajaran penting tersebut, kini semua terasa banyak gunanya. Dahulu saya sering mengeluh tentang pelajaran Bahasa, kini seiring berjalannya waktu justru ilmu itu bisa dikuasai dengan latihan demi latihan secara langsung.
Bagi saya secara pribadi, bisa dianalogikan pematangan ilmu itu seperti mematangkan buah. Unik dan juga bisa dilakukan dengan berbagai cara. Baik itu matang dari pohon, proses reaksi kimia, maupun proses reaksi fisika.
Tidak setiap buah harus matang di pohonnya. Malah kalau mengamati lingkungan April 2015 ini, pohon jambu di sekolah, tempat saya mengajar, apabila buah matang dari pohon banyak sekali bahayanya.
Kita sudah berharap jambu berlimpah, eh malah dimakan kalong. Keesokannya, kita terbengong-bengong menyaksikan jambu berserakan di atas tanah penuh gigitan kalong. Atau juga ada yang mengambil dari pohonnya.
Well, mungkin jambu itu sudah tidak bisa dimakan lagi, tapi tentunya kalau dibiarkan jambu itu bisa jadi humus menyatu dengan tanah di alam. Mengamati hal ini, saya yakin banget tidak ada yang sia-sia di bumi ini.
Sejujurnya, saya senang mengikuti berbagai pelatihan. Meskipun tujuannya hanya untuk sekedar tahu. Meskipun demikian, saya tetap aktif mengikuti semua kegiatan, dan juga sportif mengumpulkan tugas.
OK-lah ilmunya memang tidak akan saya pakai, tetapi saya yakin tersimpan di dalam memori jangka panjang. Maka, ketika saya membutuhkan, saya bisa memanggilnya kembali dengan mengingat, melihat catatan, atau membuka album galeri foto di HP, atau juga membuka file tugas yang usai dikerjakan.
Jadi, bagi saya sendiri, belajar sampai matang merupakan proses panjang. Tidak harus saat itu mampu menguasai. Bisa jadi ketika sudah sekian lama kita tidak mengingat ilmu dari pelatihan, tiba-tiba ilmu itu terpakai. Seperti pelajaran bahasa Indonesia setelah melewati berbagai jenjang pendidikan, bisa dibilang biasa saja malah kurang. Justru setelah sekian lama keluar dari sekolah formal, seiring berjalannya waktu, timbul keajaiban demi keajaiban. Pelajaran Sekolah Dasar sekalipun penting banget.
Pelatihan apapun bagi saya adalah sumber ilmu. Apapun jenisnya selalu ada hal menarik. Apalagi sekarang zaman blog, tempat di mana kita bisa berbagi informasi. Dan, tanpa kita ketahui banyak sekali pelajar, atau orang yang berkepentingan membutuhkan informasi yang kita posting di blog.
So, kalau ada kesempatan, jangan sia-siakan. Ikuti semua pelatihan dengan antusias dan kembangkan ilmunya dengan berbagi.

Lapor Pajak Secara Online


April 2015 saya dapat surat tagihan pajak. Isinya adalah sanksi administrasi denda pasal 7 KUP sebesar Rp100.000,00. Sempat terheran-heran, “Kok saya dapat surat denda ya?! Padahal sebelumnya saya pernah melaporkan diri.”
Tertera tanggal penerbitan: 20 Maret 2015, dan jatuh temponya 19 April 2015. Sedangkan masa/ tahun pajak: 2012.
Saya sempat membatin, apakah pekerja pajak ini lambat, atau memang peraturannya setelah sekian tahun baru ada panggilan denda tanpa peringatan sebelumnya untuk melapor, baru jika tidak melapor dalam waktu sekian hari dikenakan denda. Entahlah...
Berhubung di sekolah, sesama rekan guru mendapat surat panggilan yang sama, akhirnya kita datang juga ke kantor pajak. Harus kami akui bahwa penuntasan denda ini cukup ribet. Setelah mengobrol dengan petugas, kami tidak bisa membayarnya di kantor pajak tetapi harus membayar di kantor pos, kemudian lapor kembali ke kantor pajak.
1431583029790236490
Sebenarnya, saat mengobrol tentang penuntasan pajak dengan petugas, kami sempat meminta tolong kepada petugas untuk menyelesaikan tahun terhitung mulai dari 2012 hingga 2015. Kami disarankan untuk melunasi denda tahun 2012 dan lapor diri tahun 2014.
Setelah mengikuti semua prosedur, ternyata Mei, baru-baru ini saya mendapatkan surat panggilan pajak lagi. Idem dengan teman saya yang kena denda bareng. Kesal, pastilah yaw! Tapi, sebagai warga negara Indonesia yang baik, kami tetap mengikuti prosedur yang ada. Datang lagi ke kantor pajak.
1431583148947149109
Rasanya terulang lagi kami harus menunggu antrean konsultasi. Akhirnya saya mendatangi security untuk meminta isian termudah. Toh, dulu juga begitu. Sudah dapat pembeberan panjang lebar dari petugas, kami harus mengisi lembaran untuk membayar denda.
Security di kantor pajak mengarahkan kami untuk lapor kepada petugas secara online. Tetapi petugas online kebingungan karena yang harus kami sampaikan SPT Tahunan Pajak 2013-2014. Ye...a kami harus kembali ke petugas pajak yang tadi nyuruh antre.
Bisik-bisik nih, “Sudah kalau pelayanan begini kita ngetwit saja ke Kang Emil.”
Hehe... saat itu juga kami langsung diminta ke petugas online guna menuntaskan masalah kami. Harapan saya, semoga lapor pajak lebih mudah dan enggak ribet.
Di tempat petugas lapor secara online, kami bertiga sempat mengobrol tentang lapor diri secara online kedepannya. Dan juga ternyata daftar NPWP bisa secara online. Bagi yang belum punya NPWP, caranya cukup mudah dengan mengunjungi https://ereg.pajak.go.id/ sedangkan untuk lapor SPT bisa dengan cara masuk ke situshttps://djponline.pajak.go.id/account/login kemudian isi NPWP dan password.
14315833461617376950
Sayangnya, meski kami bertiga sudah lapor secara online dibantu petugas, tetapi tetap saja kami harus melampirkan buktinya. Jadi kepikiran untuk tahun depan, apakah akan sama ketika kami sudah mengisi laporan pajak secara online, kami bertiga tetap harus datang ke KPP (Kantor Pelayanan Pajak) untuk melampirkan bukti online atau mengisi data lainnya.
Harapannya, semoga tidak demikian. Semoga banyak kemudahan yang didapat oleh wajib pajak pada tahun-tahun berikutnya. :)

Bersatu Memandirikan Anak Luar Biasa

  Sebelum adanya pandemi COVID-19, setiap hari Selasa, mulai pukul 11.00 WIB hingga selesai, peserta didik SLB B Sukapura kelas tinggi, sebu...