Sabtu, 22 Juni 2013

Happy with Line (Tahap Awal Belajar Menggambar 2)




Belajar menarik garis itu benar-benar mengasyikkan ketika dipandu seseorang yang mengerti.
Saya belajar keberanian menarik garis, fokus, dan juga melatih karakter.
Oya, garis dasar itu intinya ada 3:
1.      Garis vertikal ( I ). Garis tegak ini berhubungan dengan ketuhanan atau yang terkenal dengan habluminallah.
2.      Garis horizontal ( - ). Garis datar ini berhubungan dengan hubungan sesama manusia atau hablumminannas.
3.      Garis diagonal (   ). Garis ini merupakan garis keseimbangan dengan alam atau hablum minal alam.
Pertama kali saya bersama rekan lain belajar menarik garis horizontal, komentar dan kesan setelah membandingkan satu sama lain yaitu, pensil sama-sama 2B namun kepekatan garis berbeda-beda.
Dari melatih menarik garis ini ada beberapa hal yang menjadi pelajaran:
  1. Fokus untuk menarik garis selurus mungkin.
  2. Konsentrasi agar tetap fokus dan tidak terganggu oleh keadaan sekeliling.
  3. Konsistensi. Di atas kertas A4 harus mampu membuat garis dari atas ke bawah dengan penuh secara tepat dan tidak saling bertabrakan antar garis.
  4. Keberanian. Mulai menarik garis harus dengan perasaan dan juga keberanian tanpa takut terintimidasi oleh keadaan.
  5. Ekspresi. Selalin melatih kepekaaan perasaan, setelah belajar menarik garis satu arah juga harus bisa menarik garis secara zig zag bergantian.
  6. Pengulangan (semakin sering semakin bisa).
Dari hasil beberapa teman yang mengikuti latihan menarik ketiga macam garis ini, saya mendapatkan komentar dari hasil tarikan garis yang berbeda-beda.
Secara pribadi, saya mendapatkan komen mampu menerima tantangan setelah dimotivasi pada saat membuat garis horizontal. Namun, ketika membuat garis vertikal, saya mendapat komen mengenaskan, tertantang sekaligus terancam. Woooo  .... ooowww (Ada alasan pribadinya juga, lho.)
Oya, dari hasil karya teman yang lain, saya juga mendapatkan pelajaran. Diantara mereka ada yang teridentifikasi membuat garis lelaki, garis nyempil, garis traumatik, dan garis lain yang berhubungan dengan kejiwaan (hasil komentar dari mentor).
Prinsip sabar benar-benar harus diterapkan ketika belajar menarik garis. Karena intinya pengulangan, kalau sudah selesai tetap harus mengulang kembali ke awal. Mungkin, tak jauh beda dengan waktu. Setelah melewati hari selama seminggu, akan kembali lagi ke hari seminggu kemudian.
Lagipula, skill merupakan penguasaan tekhnis dan adaptasi karena biasa melakukan sehingga seluruh badan menjadi luwes.
Jadi, segala sesuatu jangan ingin cepat selesai.
Selanjutnya, belajar membuat geometri.
Lanjutkan!!!!

Persiapan Belajar Menggambar (Tahap Awal Belajar Menggambar 1)



Sebelum belajar menggambar, tentu ada hal yang harus disiapkan terlebih dahulu, yaitu:
  1. Pensil (2B, 3B, 6B)
  2. Pensil warna Faber Castel 12 warna
  3. Penghapus
  4. Kertas gambar (HVS, kertas Padalarang, sketch Book, A4, A3)
  5. Alas gambar ukuran 60X40 yang terbuat dari triplek.
  6. Rautan pensil yang benar-benar bagus karena sangat sering digunakan
Setelah selesai menyiapkan segala perlengkapan siap-siap memulai garis.
Tancap!!!

Sabtu, 08 Juni 2013

Serunya Uji Kompetensi Guru (UKG) Online 2013 di SMAN 07 Bandung





Sabtu, 08 Juni 2013, menjadi hari mencekam sekaligus penuh cerita. Mengikuti ujian, apalagi ujian yang berbentuk pilihan ganda online, bukanlah hal menyenangkan bagi saya.
Sebelum pelaksanaan UKG, saya mengikuti seminar “Menuju Kompetensi Guru SLB yang Profesional”. Seminar tersebut membedah kisi-kisi soal UKG. Saya mendapatkan gambaran untuk kembali memdalami standar kualifikasi dan kompetensi guru PK/SLB.
Sederhananya, ada empat kompetensi. Rumitnya, dari empat kompetensi tersebut beranak cucu. Dari kompetensi pedagogik saja ada 10 standar kompetensi dan 41 kompetensi dasar.
Untuk kompetensi profesional, mengetahui program pembelajaran konpensatoris, harus membuka sampai ratusan buku (tidak sempat saya lakukan). Mulai dari yang berlabel A (Tunanetra dengan orientasi mobilitas) hingga autisme.
Dari awal sudah menjadi hal yang terasa sulit, karena saya bukanlah orang yang senang menghapal ratusan istilah dalam dunia pendidikan luar biasa. Banyak sekali istilah yang agak mirip namun beda makna dan artinya. Meski sulit harus tetap dijalani jika ingin mengikuti PLPG dan Sergur 2013.
Begitupun ketika hari H, tampaknya bukan hanya saya saja yang super prepare. Guru-guru dari sekolah lain yang mengikuti UKG 2013 di SMAN 07 Bandung, memegang kertas hapalan di tangan mereka.
Hujan deras sampai membuat banjir, petir menggelegar sahut menyahut, makin membuat kita bertanya-tanya. Akankah UKG hari ini berlangsung lancar? Mengingat sekarang sistemnya online, langsung mengerjakan di depan komputer. Bisa saja, kan, tiba-tiba sistem mengalami gangguan (maunya, enggak usah UKG langsung lulus).
Saya bersama rekan guru dari SLB B Sukapura menunggu waktu ujian di masjid bersama guru dari SMKN 02 Bandung. Guru tersebut menceritakan perjuangannya dari Bojong Koneng untuk sampai ke SMAN 07 yang beralamat di Jl. Lengkong Kecil no. 53 Bandung. Bersyukur saat hujan, taksi melintas. Tanpa memikirkan berapa ongkosnya, ia naik. Dan betapa kagetnya ketika ia membayar ongkos taksi. Ongkosnya jauh diluar dugaan Rp30.000,-.
Teng, waktunya ujian. Ruang laboratorium komputer mulai dipadati peserta UKG. Beberapa peserta datang terlambat karena terhambat faktor alam. Bahkan, ada ibu-ibu peserta yang datang hampir satu jam setelah ujian berlangsung.
Petugas TUK UKG baik banget. Meminta ibu itu menarik napas, tenang, kenali komputer dulu, dan memberitahu bagaimana cara menggunakan komputer untuk uji kompetensi.
Peserta di sebelah kanan saya pun terlambat. Begitu datang, dia langsung cuap-cuap. Dia mendapat kabar dari teman yang ujian di SMAN lain, listriknya mati.
Percaya diri dia menggunakan komputer. Saya nyengir ketika mendengar pertanyaan darinya, “Soalnya yang mana?”
Yang paling atas itu soalnya. Jawabannya pilih option A, B, C, atau D, ada di bawah soal.
Owh
Di depan komputer, menghadapi seratus soal UKG, saya senyum miris. Nih pembuat soal berhasil membuat saya puyeng. Pengecoh jawabannya benar-benar berfungsi. Saya sampai benar-benar menggunakan otak, hati, dan perasaan untuk menjawabnya.
Bahkan, setelah selesai menjawab semuanya, berhubung masih ada waktu, saya memeriksa ulang jawaban lagi. Hasilnya, saya makin banyak mikir, benar enggak ya jawaban-jawaban saya?
Yang paling seru, setelah proses di depan komputer selesai. Di luar laboratorium, kita mengulas soal ujian. Hampir semua peserta mengeluh soal yang berbeda dengan yang mereka hapalkan.
Inilah beberapa keluhan di antara obrolan kami.
“Saya mengerjakan main feeling. Entah jawabannya benar atau salah. Yang penting dijawab dulu saja.”
“Pantes ya, tahun lalu ada yang kecelakaan motor setelah ikut UKG begini. Soalnya susah untuk dijawab. Menegangkan, membuat khawatir tidak lulus.”
“Paling banyak itu soal C (tunagrahita) dan D (tunadaksa), padahal itu bukan bidang saya. Jadinya, main asal jawab karena enggak ngerti.”
“Tadi, saya takut didiskualifikasi karena datang terlambat. Tahu enggak, di tempat saya banjir. Kendaraan saya mogok. Saya sampai minta tolong ke setiap ojeg yang lewat. Syukurlah, meski datang terlambat saya bisa mengikuti UKG.”
“Saya memang tidak hoki kalau ikut ujian. Sudah bekerja keras, menghapal mati-matian, masih terkadang susah juga mengerjakan.”
“Aduh, aku tuh sebenarnya sudah baca untuk menjawab soal. Tapi mendadak lupa. Susah sekali untuk memanggil ingatan dalam kepala saya.”
“Sudah bayar ikut seminar, eh yang keluar soalnya hanya beberapa. Sudah capek-capek menghapal yang keluar soalnya beda. Mana temanku yang UKG hari Senin dan tanggal 15 Juni 2013 sudah PD banget, pokoknya yang dari seminar keluar semua.”
Saya sendiri cukup kaget ketika harus menyelesaikan seratus soal UKG Online di depan komputer. Entah pengetahuan saya yang masih dangkal, atau karena memang pengecoh jawaban berfungsi membuat saya berpikir mencari jawaban paling tepat, atau karena memang soalnya bukan bidang kekhususan yang saya ampu, banyak sekali soal yang saya selesaikan dengan jawaban meragukan. Namun, saya sangat bersyukur telah menyelesaikan tugas tersebut. Seakan ada sebagian beban yang lepas.
Pelajaran penting bagi saya pribadi ketika mendengar semua keluhan itu adalah tidak berdiam di titik nyaman. Selalu ada titik kritis tak terduga yang harus dihadapi. Meski sudah tahu kisi-kisi dan gambaran soal, membaca berbagai referensi itu tetap harus.
Semoga rekan yang belum UKG lebih bersiap diri. Lebih banyak membaca sebagai bahan pengetahuan.
Salam sukses!

Jumat, 07 Juni 2013

Ngobrol Kepenulisan: Mengatasi Writers Block, Motivasi, Action, dan Target




KAMISAN SPECIAL, 6 JUNI 2013. Dari pagi sampai sore hujan merintik-rintik. Membasahi kota Bandung. Namun, tak menghalangi saya untuk menghadiri Kamisan Special. Selain itu, karena saya sudah janjian sama teman. Kasihan, kan kalau tiba-tiba bilang, “Maaf ya saya enggak jadi ke Kamisan special karena hujan, dll.
Well, enggak rugi saat menghadiri acara tersebut. Banyak ilmu kepenulisan dan juga silaturrahim dengan teman-teman FLP Bandung. Maklum, saya agak lama menghilang karena fokus di kegiatan sekolah (tes UKK anak-anak, persiapa Uji Kompetensi Guru, dan juga bersiap ikut Lomba Kreativitas Guru).
Selain launching novel “A CUP OF TARAPUCCINO” karya Riawani Elyta, ada juga sharing kepenulisannya. Dihadiri Mas Ali Muakhir, pula (Penulis Bacaan Anak).
Novel “A CUP OF TARAPUCCINO” adalah proses panjang karya penulis. Premisnya, secret admirer. Pesan penting yang terdapat di dalamnya adalah makna kehati-hatian berteman dan memilih makanan. Latar belakang cerita ini karena Batam merupakan kota majemuk, heterogen dengan berbagai orang dan industri. 
Novel ini menceritakan saudara sepupu yang ingin membuat bisnis sesuai syariat.  Kemunculan partner miserius dengan masa lalu misterius membuat riak-riak konflik. Kelanjutan ceritanya, silakan baca novelnya.
Yang menarik bagi saya adalah sesi interaktif, tanya jawab. Peserta begitu antusias untuk bertanya. Bahkan, saya pun tidak kebagian kesempatan untuk bertanya ketika kegiatan berlangsung. Tapi, alhamdulillah saya berkesempatan bertanya setelah kegiatan selesai. 
Inilah ringkasan jawaban yang saya dapat ketika sesi tanya jawab. Baik jawaban dari Mas Ali Muakhir  maupun dari Mbak Riawani Elyta (ada juga yang saya tambahkan untuk melengkapi tulisan ini).
Writers Block
1.       Biasanya kurang bahan atau riset (baca atau pengalaman)
2.       Ilmu  menulis itu paling tidak saklek. Nyaman menurut orang, akan berbeda bagi kita. (Punya gaya menulis sendiri kali, ya.)
3.       Atur waktu. Setiap orang memiliki masalah internal dan eksternal. Waktu setiap orang akan berbeda.
4.       Perkuat pondasi berupa premis (apa yang ingin disampaikan) dan sinopsis.
5.       Tulis. Biarkan tulisan menginspirasi dengan caranya hingga membuat kita nyaman. Yang paling penting, tulisan selesai terlebih dahulu. Edit tetap, tapi belakangan kali, ya
6.       Perkuat faktor eksternal (pembangun novel) dan internal (semangat, motivasi).
7.       Disiplin dengan target. Berapa lama novel kita harus selesai!
8.       Kalau menulis mandeg di awal, lihat lagi sinopsis awal. Tuliskan saja setting, tokoh utama, alur, ataupun ending.
9.       Kalau kita mengalami writers block di tengah, maka baca lagi bab awal. Cerita akan bersambung lagi.
10.   Jika kita mengalami writers block di akhir kepenulisan, maka kita harus balik lagi ke permasalahan yang diulas. Cerita harus relevan dengan konflik yang kita garap.
11.   Tidak masalah jika kita menemukan ide di bagian penutup dulu. Tuliskan saja dulu (sistem otak kanan). Seiring dengan kita menulis, kita akan bisa mematut ide dan mengembangkan imajimasi.
Motivasi: Well, jangan pernah ragu untuk menulis. Miliki sugesti positif (Saya bisa menulis, belum tentu semua bisa menulis).  Bergabung dengan komunitas  kepenulisan. Aktif berinteraksi dengan sesama teman di media sosial.
Kalau kita ngerasa tulisan kita jelek, ayo belajar lagi. Ingat selalu, setiap kepala memiliki isi yang berbeda meskipun idenya mungkin sama.
Action: baca, tulis, kuasai teknik penulisan, kirim, berlapang dada ketika dapat balasan penolakan, kirim ulang ke penerbit lain sambil terus belajar bagaimana caranya menulis yang baik.
Target paling sederhana: minimal tulisan saya selesai.

Bersatu Memandirikan Anak Luar Biasa

  Sebelum adanya pandemi COVID-19, setiap hari Selasa, mulai pukul 11.00 WIB hingga selesai, peserta didik SLB B Sukapura kelas tinggi, sebu...