Selasa, 26 Agustus 2014

Mengajak Anak Bersahabat dengan Buku


Jujur, saya belum pernah membaca atau melihat buku “Lima Sekawan” karya Enid Blyton. Namun, di jejaring sosial pernah membaca status penulis terkenal (Kang Iwoq Abqory) tentang buku “Lima Sekawan” karya Enid Blyton yang konon menginspirasi dan menarik tersebut.
            Meski belum pernah membaca buku “Lima Sekawan”, saya menyatakan diri sebagai “pembaca aktif”. Saya rajin membaca buku anak hingga dewasa. Buku anak bagi saya adalah penghubung yang dapat menjadi jalan komunikasi berbagai arah antara saya dengan peserta didik di kelas tempat berbagi ilmu. Maklumlah, SLB B tempat saya mengajar merupakan sekolah khusus bagi tunarungu, mereka yang kurang mendengar, bahkan ada yang tidak bisa mendengar sama sekali. Sehingga mereka terkenal dengan “karakter pe-mata atau lebih mengandalkan indera penglihatan karena kekurangmampuan mendengar”.
            Berdasarkan pengalaman saya ketika mengajak peserta didik atau anak-anak di sekolah ke Bapuisda (Badan Perpustakaan Umum & Arsip Daerah) Kota Bandung di Jalan Kawaluyaan, saya menyaksikan sendiri antusasme berbeda dari setiap peserta didik.

            Peserta didik atau anak-anak TKLB B atau juga anak yang masih kelas 1 SDLB B, masih sangat perlu untuk diarahkan, dikenalkan, serta ditumbuhkan minat dan kecintaannya terhadap buku. Sedangkan peserta didik kelas 2 SDLB B hingga kelas atas yang sudah terbiasa dengan buku, mereka tampak asyik menikmati buku di sekitar mereka.
            Tumbuhnya minat peserta didik terhadap buku sebagai bacaan dan sumber ilmu pengetahuan, tentu tak lepas dari peran serta guru, orangtua, lembaga pendidikan, juga lingkungan sekitar.
            Sebagai contoh, ketika peserta didik dari sekolah saya mengunjungi Bapuisda, mereka menikmati langsung tempat yang nyaman dan luas untuk menikmati buku bacaan dengan santai. Mereka pun melihat dinding seakan buku, penuh cerita bergambar. Membuat peserta didik kelas kecil bertanya tentang apa yang mereka lihat. Setelah anak berkomunikasi dengan guru tentang pengalaman barunya, dan mendapat pengetahuan, ternyata mereka lebih mudah mengarahkan anak untuk mencintai buku-buku sesungguhnya di sekitar mereka. Meski tetap, selanjutnya orangtua dan guru masih harus berperan aktif untuk terus mendukung minat anak terhadap buku bacaan secara umum.
 (Tempat yang bebas, nyaman, dan luas membuat anak betah membaca)

 (Dinding penuh gambar berwarna disertai teks berceria membuat anak penasaran, ingin membaca setiap tulisan di dinding)

 (Guru maupun orangtua, tetap memiliki peran penting untuk mengarahkan buku bacaan anak)

Buku anak yang menarik merupakan kunci awal agar anak-anak terikat hatinya dengan buku. Saat mengamati peserta didik di Bapuisda, buku anak yang menarik itu berbeda-beda. Ada peserta didik yang menyukai buku bergambar, buku permainan yang berisi sekumpulan informasi bergambar mengenai game-game yang sedang booming dari informasi yang mereka dapat dari televisi maupun iklannya, dan lain sebagainya.
Dari pengalaman di atas, buku anak yang menarik menurut saya adalah buku yang mampu mengikat hati anak untuk terus membacanya, menyelesaikan hingga tuntas, kemudian anak mampu menceritakan kembali dalam kalimat sederhana versi mereka sekalipun, hingga anak dapat menilai kelayakan buku tersebut untuk kehidupan mereka. Dan tugas orangtua maupun guru adalah mengarahkan mereka. Setelah anak selesai membaca buku, usahakan ada komunikasi berbagai arah, hingga tercipta sesuatu yang berkesan dari pengalaman anak membaca buku. Serta agar dapat mengarahkan anak, bahwa ada pesan moral tersembunyi dalam buku tersebut sebagai bekal kehidupan mereka.
Mengamati perkembangan anak akan kesukaan terhadap buku, secara tidak langsung kita diajak mengamati perkembangan kondisi buku anak-anak di Indonesia. Secara pribadi saya takjub dengan perkembangan dunia buku sekaligus perkembangan anak akan kecintaannya dengan dunia buku.
Menurut saya, buku-buku anak Indonesia sudah berkembang dengan baik. Dulu, yang saya tahu cetakan buku biasa saja, kebanyakan segi empat. Sekarang kita bisa melihat cetakan buku yang variatif. Buku tidak hanya berbentuk persegi empat atau persegi panjang saja. Buku bisa dibuat melingkar, pop up, berkarakter dunia anak, dan masih banyak lagi kreatifitas penerbit untuk menarik perhatian pembeli, baik orangtua sebagai fasilitator buku untuk anaknya, maupun anak yang sudah bisa menentukan buku pilihannya sendiri. Bahkan dari segi konten pun sangat variatif. Buku wirausaha yang biasanya untuk kalangan dewasa, bisa dinikmati versi anak-anaknya tentu dengan bahasa yang menganak.
Di sekolah tempat saya mengajar sebagai lingkungan terdekat, dengan anak yang beragam, mulai dari TKLB hingga SMALB, saya bisa menyaksikan secara langsung perkembangan buku yang semakin pesat.
Anak kelas SDLB sangat menyukai buku yang berhubungan dengan game atau film. Perkembangan dan pergantian buku tersebut cepat sekali. Buku-buku berkarakter unik dan bergambar berwarna serta menarik seperti; buku super hero, prince and princess seringkali mereka bawa ke sekolah. Menunjukkannya kepada teman, dan juga menceritakan kembali isinya kepada guru di kelas ketika jam istirahat.
Sedangkan untuk siswa kelas tinggi seperti SMPLB, mereka sangat menyukai novel. Sering sekali mereka bertanya secara pribadi; “Ibu punya buku apa?” Hingga terjadi proses pinjam meminjam buku. Sebagai guru yang merangkap pengurus perpustakaan sekolah, tentu saja saya senang ketika mereka meminjam buku (meski itu buku pribadi sekalipun). Apalagi ketika mereka menceritakann kembali isinya.
Ada pula hal yang paling mencengangkan bagi saya, yaitu mengamati perkembangan Fauzan. Saat ini Fauzan bersekolah di SMALB B Sukapura. Fauzan menyukai buku motivasi dan komputer. Padahal, Fauzan tergolong tunarungu berat. Dari segi kemampuan dalam bidang penggunaan komputer pun, saya nilai Fauzan tak kalah hebat dengan anak “normal” yang bersekolah pada di SMA pada umumnya. Bahkan, Fauzan memiliki blog dan jejaring sosial pada umumnya untuk menuangkan cerita sehari-harinya.
Begitupun peran aktif masyarakat yang terus memantau perkembangan buku, makin membuat perkembangan perbukuan berkembang ke arah yang terus semakin baik. Ada kekurangan dalam konten buku tertentu, masyarakat yang kritis, atau komunitas penulis tertentu begitu jeli, menyampaikan pendapat lewat jejaring sosial facebook. Hal seperti ini membuat kalangan luas lebih mengetahui dengan cepat informasi di luar daerah tempat tinggalnya sekalipun.
Saat ini, perkembangan buku sangatlah pesat. Jika kita ke toko buku Gramedia, pergantian buku anak di etalase display sangat cepat pula. Tentunya, setiap buku memberikan informasi dan pengetahuan berbeda. Marilah kita mengajak anak bersahabat dengan buku. Toh, bukan hanya informasi saja yang mereka dapat, pengalaman batin dan kemampuan lain pun bisa meningkat, seperti kemampuan bercerita dan menulis. Tentu ini akan membuka peluang bagi mereka untuk menjadi insan Indonesia cerdas, beriman, bertakwa yang pandai menulis dan bercerita.

Tulisan ini diikutsertakan dalam Parade Ngeblog IKAPI Jabar & Syaamil Quran #PameranBukuBdg2014


4 komentar:

  1. keren mbak keren (y) subhanallah .
    tanamkan budaya membaca sejak dini.dan jadi penasaran ingin mengajar di SLB juga :)

    BalasHapus
    Balasan
    1. Dekati dulu dunia SLB-nya. Nikmati serunya berada di dekat mereka. Sangat menakjubkan. Tak hentinya mengagumi setiap keunikan dalam kehidupan mereka. :)

      Hapus
  2. Menarik sekali mengikuti pengalaman Bu Santi menjadi pengajar di sekolah khusus. Semoga sukses ya, Bu...^^

    BalasHapus
  3. Jazakillah, Bunda. Rabbuna ma'a kuma, insya Allah. Aamiin. :)

    BalasHapus

Silakan tinggalkan jejak.
Akan saya respon secepatnya.
Terima kasih sudah berkunjung.

Bersatu Memandirikan Anak Luar Biasa

  Sebelum adanya pandemi COVID-19, setiap hari Selasa, mulai pukul 11.00 WIB hingga selesai, peserta didik SLB B Sukapura kelas tinggi, sebu...