Sabtu, 06 September 2014

Dekat, Tetapi Ragu untuk Aku Sentuh


Menjadi hal menakjubkan ketika melihat sesuatu yang aneh. Bagi saya pribadi, salah satunya ketimpangan sosial antara si miskin dan kaya. Selokan di pinggir kantor Pemerintah Kota Bandung, atau orang-orang sekitar saya menyebutnya Balai Kota, menjadi sesuatu yang aneh pula bagi saya.
(Gerbang Pemerintahan Kota Bandung)
Selokan di pinggiran balai kota Bandung ini sangat menarik bagi saya. Gimana enggak? Rasanya selalu saja ada yang unik. Pertama kali saya melihat seorang lelaki tua tampak ribet dengan bawaan karung sedang rehat di sini. Eh, begitu sengaja jalan-jalan ke tempat ini lagi, saya melihat lagi ada seorang berpakaian pangsi sedang mencuci muka dari kejauhan.
 (Penampakan yang membuat saya penasaran hingga berani mendekat. Diam-diam memotretnya)
Waw? Rasanya enggak percaya. Saya pikir air di sini kotor. Terdorong kepenasaran yang kuat, akhirnya saya dekati juga. Hasilnya? Sekian kalinya saya terpana. Ada aliran air bersih yang baru pertama kali saya lihat di antara aliran air yang kotor. 
Bertanya-tanya sih, dari mana asal aliran air bersih itu? Penginnya nanya sama orang yang ada di selokan itu. Tapi, saya sadar diri bisa berakibat fatal. Walhasil, saya pun berlalu bersama tekad, suatu saat saya harus ke tempat ini untuk mengamati masih adakah yang suka berada di tempat ini?
Di hari lain saya melewati tempat ini, memang tidak ada orang sama sekali. Tetapi, ada sesuatu yang membuat saya sekali lagi harus tercengang. Ada sebuah sabun mandi bekas tergeletak di dekat aliran air bersih yang pernah saya lihat. Tampak alur putih bekas penggunaan sabun mandi. 
(sabun mandi berwarna putih dan aliran air yang tampak jelas penggunaan sabun tersebut)
Ketiga kalinya, ini merupakan sebuah tanya besar bagi saya. Siapa orang itu? Mengapa menggunakan fasilitas di tempat yang orang hindari? Semoga saja saya memiliki sahabat atau teman yang berani bertanya dan menuntaskan kepenasaran saya. Ya, heran saja sih, di tengah kota begini masih ada orang seperti itu? Di mana keluarganya? Terus, kalau saya tahu banyak, apa yang bisa saya lakukan untuknya? Harapan saya, semoga dengan keterbatasan saya, tangan ini masih bisa terulur membantu sesama.
#curhat pribadi atas keprihatinan ketika mengamati tempat yang begitu “wah” bagi saya. Namun, hati saya sendiri malah terasa miris

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Silakan tinggalkan jejak.
Akan saya respon secepatnya.
Terima kasih sudah berkunjung.

Bersatu Memandirikan Anak Luar Biasa

  Sebelum adanya pandemi COVID-19, setiap hari Selasa, mulai pukul 11.00 WIB hingga selesai, peserta didik SLB B Sukapura kelas tinggi, sebu...